Kondisi pasokan beras Januari 2016 tidak mampu mengimbangi kebutuhan konsumsi beras penduduk sekitar 2,6 juta ton per bulan, sehingga konsumsi penduduk sebagian diperoleh dari stock di masyarakat dan Bulog. Untuk diketahui stock Bulog akhir Januari 2016 sebesar 1,5 juta ton, diantaranya sebesar 1,0 juta ton beras impor yang sampai sekarang masih tersimpan di gudang Bulog.
Pada bulan November 2015, sudah mulai turun hujan dan petani bergerak cepat menanam padi sekitar 1,0 juta ha sehingga Februari 2016 diperkirakan panen 5,0 juta ton GKG setara 3,1 juta ton beras lebih dari cukup untuk kebutuhan konsumsi penduduk. Bahkan pada Maret 2016 akan panen raya 12,6 juta ton GKG setara 7,9 juta ton beras, demikian juga April panen di atas 12 juta ton GKG.
Pasar merespon kejadian el-nino ini dengan berbagai perilaku dan indikasinya terlihat dari harga beras bulan Desember-Januari cenderung naik, namun secara tiba-tiba minggu-II Februari harga menurun. Harga beras umum Minggu-I Februari Rp 13.344/kg turun 0,08% dan Minggu-II Februari turun lagi Rp 7.500-10.000 per kg.
Menurtut Sekjen Suluh Nusantara, Dahroni Agung, dalam keterangan beberapa saat lalu (Kamis, 18/2), perilaku pasar yang seperti ini memang patut dipertanyakan.
"Tidak logis pasca paceklik stok beras tiba-tiba melimpah di periode Desember 2015-Januari 2016, darimana pasokan beras itu? Ini permainan pasar yang harus segera diselidiki, dan saya kira ini sudah masuk ranah pelanggara pidana," ungkap Agung.
Perlu diketahui, sambung Agung, stock beras di pasar Induk Beras Cipingan (PIBC) pada tanggal 9 Februari 2016 sebanyak 52.383 ton naik dua kali lipat dibandingkan periode yang sama Februari 2015 hanya 29.458 ton. Demikian juga stok beras naik 100 persen pada enam pasar sentra beras lainnya.
[ysa]
BERITA TERKAIT: