Upaya Deradikalisasi Di Sekolah Perlu Sentuh Ranah Afektif dan Psikomotorik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Jumat, 05 Februari 2016, 12:33 WIB
rmol news logo Upaya pemahaman nilai-nilai inklusif dan antikekerasan di sekolah melalui pendidikan kewarganegaraan maupun pendidikan agama perlu menyentuh ranah afektif dan psikomotorik.

Begitu dikatakan Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah Alpha Amirrachman, PhD, dalam surat elektronik yang dikirimkan ke redaksi, Jumat (5/2). Hal serupa, juga diutarakan Alpha dalam seminar nasional Melokalisasikan Gelombang Kebudayaan MEA , Andil Pendidik Mentransformasikan Generasi Terdidik Berjiwa Nasionalis dan Patriotis” di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, dua hari lalu (3/2).

"Selama ini hanya menyentuh ranah kognitif saja, sehinggga kurang ada internalisasi pada diri peserta didik, karena yang dikejar sebatas hanya nilai dan kelulusan saja,” terang dia.

Seminar nasional tersebut mengiringi acara pelantikan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng yang langsung disaksikan oleh Bupati Bantaeng Prof Dr Nurdin Abdullah.

Menurut Alpha, Islam berkemajuan yang diusung Muhammadiyah menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia.

Muhammadiyah juga mengedepankan Islam yang menjunjung  tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi, Islam yang menggelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan,antipenindasan, antiketerbelakangan dan anti terhadap segala bentuk perusakan di atas muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaankekuasaan, kejahatan kemausiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemungkaran yang menghancurkan kehidupan.

Alpha melanjutkan, nilai-nilai Islam berkemajuan seperti inilah yang terefleksikan pada Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di sekolah-sekolah Muhammadiyah dan terimplementasikan pada aktivitas ekstrakurikuler seperti pemanduan Hizbul Wathan dan juga Ikatan Pelajar Muhammadiyah, di jenjang selanjutnya ada Ikatan mahasiswa Muhammadiyah dan juga Pemuda Muhammadiyah.

"Dengan demikikan nilai-nilai Islam berkemajuan yang inklusif dan antidiskriminasi ini tidak hanya dikelola pada aspek kognitif di ruang kelas , tapi juga motorik dan psikomotorik di luar kelas dengan juga berlatih berinteraksi dengan masyarakat luas,” imbuh Alpha yang juga Direktur Eksekutif Centre for Dialogue and Cooperation among Civlisations (CDCC) ini.

Dia memberikan contoh, Ketua Umum DPP IMM Beni Pramula dipercaya sebagai Presiden Konferensi Pemuda Asia Afrika Plus 2015-2020, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah sebagai Presiden Religion for Peace Asia and Pacific Youth Interfaith Network (RfP-APYIN) yang berbasis di New York, dan Ketua Umum Ikatan Pelajar Muhammadiiyah Khoriul Huda memperkenalkan program sekolah ramah anak di sekolah-sekolah.

Di sinilah upaya menyemai nilai-nilai inklusif dan antikekerasan beririsan dengan upaya membangun kepemimpinan di tengah masyarakat, baik di tingkat lokal, nasional maupun global.

Alpha menengarai permasalahan justru timbul di sekolah-sekolah negeri di mana aspek afektif dan psikomotorik kurang disentuh karena terlalu fokus pada aspek kognitif, ujarnya sembari mengurai hasil penelitian Maarif Institute di sekolah-sekoh negeri di beberapa daerah di tanah air.

"Selain itu upaya untuk memberdayakan anak-anak putus sekolah, baik dengan mengajak mereka kembali ke bangku sekolah maupun dengan memberikan kecakapan hidup (life skills) juga sangat tepat, karena salain mempersiapkan mereka untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN juga mencegah mereka untuk tidak terlibat dalam kelompok-kelompok yang tidak kita inginkan,” pungkasnya. [sam]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA