Paguyuban Sabilulungan Mau Tunjukkan Islam Masuk Ke Indonesia Dengan Ramah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Sabtu, 05 Desember 2015, 09:24 WIB
Paguyuban Sabilulungan Mau Tunjukkan Islam Masuk Ke Indonesia Dengan Ramah
ilsutarsi/net
rmol news logo . Akhir-akhir ini begitu banyak orang yang mengatasnamakan agama Islam, lalu menebar kekerasan verbal dan mencerminkan Islam yang tidak ramah. Dan ternyata, hal ini sama dengan kondisi di luar negeri, yang bahkan sudah melakukan teror fisik serta menghancurkan situs-situs dan kebudayaan setempat.

"Tentu saja, kita tak mau kondisi seperti di luar negeri tersebut terjadi di Indonesia, di negara kita tercinta," kata Ketua Paguyuban Sabilulungan, Hendra Lesama Saleh, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (4/12).

Dengan dasar itulah, ungkap Hendra, Paguyuban Sabilulungan menggelar acara Pagelaran Budaya Nusantara dalam Tradisi Bulan Suro dan Shapar pada Rabu lalu (2/12). Acara ini digelar untuk napak tilas sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Dan faktanya, Islam masuk ke Indonesia dengan cara yang lembut, toleran, penuh cinta dana sama sekali tidak menghancurkan budaya yang sudah ada di Nusantara.

"Contoh dakwah Walisongo. Dakwah para wali berhasil tanpa darah. Dan ternyata, sebagaimana ditulis oleh sejawaran Wali Agus Sunyoto, Islam yang masuk ke Nusantara adalah Syiah Zaidiyah. Maka tak heran hampir semua tradisi Nusantara adalah praktek-praktek yang menunjukkan kecintaan kepada Ahlul Bait Nai, khususnya Cucu Nabi Muhammad," ungkap Hendra.

Di antara tradisi itu, lanjut Hendra, misalnya Tari Saman dari Aceh, yang memukul-mukul dada. Atau tadisi tabuik di Sumatera Barat dan Tabot di Bengkulu, yang menggembarkan tradisi untuk mengenang kesyahidan Imam Hussain di Karbala. Atau juga misalnya terkait dengan bubur merah dan bubur putih. Ini semua ada hubungannya dengan kecintaan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW, yang juga menggambarkan Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang ramah, bukan Islam yang suka marah-marah.

"Atau kita lihat alat musik di Sumbar, Saluang. Itu sama persis dengan alat musik tradisional di Iran, baik irama mupun not-nya. Artinya sejak lama sudah ada hubungan antara Persia dengan Nusantara

Pagelaran ini, sambung Hendra, untuk mengkonfirmasi juga bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan tidak mengubah kebudayaan yang sudah ada dan sudah mengakar. Dan apalagi Islam adalah agama universal, sehingga yang ada adalah memasukkan nilai-nilai Islami kepada kebudayaan yang sudah ada tersebut.

"Kini terjadi fitnah kepada Syiah, seakan-akan baru ada di Nusantara," ungkap Hendra.

Hal menarik, acara pagelaran ini juga menggambarkan harmonis Islam Syiah dan Sunni. Acara ini dihadiri dua kelompok yang selama mau diadudomba oleh gerakan anarkis dan radikal sebagaimana yang ada di Timur Tengah belakangan ini.

"Kita tentu saja berharap ummat Sunnah maupun Syiah tak mudah ditipu dan dihasut oleh gerakan yang suka mengkafirkan kelompok lain dan mengadudomba itu. Sekali lagi Islam masuk ke Indonesia adalah Islam yang ramah dan menebar cinta kasih," ungka Hendra.

Hendra pun berharap, pemerintah mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini, terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan cara ini maka budaya-budaya Nusantara yang sudah diisi oleh nafas Islam terus bisa bertahan dan bahkan bisa dikembangkan lagi. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA