Ketua Panitia Fornas ke-3 Bali, Aning Perdaningrum, menjelaskan sebagian besar dari peserta tersebut merogoh kocek sendiri untuk biaya transportasi maupun akomodasi selama perhelatan tersebut.
"Kan kita maklum dana FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi dan Masyarakat Indonesia) provinsi itu terbatas. Kecintaan dan hobilah yang membuat teman-teman ikhlas mengeluarkan dana pribadi," kata Aning dalam siaran persnya (Selasa, 6/10).
Dengan keikhlasan para peserta mengeluarkan dana pribadi itulah, menurut Aning, panitia banyak terbantu. "Bayangkan dana untuk menutupi kebutuhan 7 ribu peserta selama tiga hari bila tak ada rasa kekeluargaan dan gotong royong peserta," ungkapnya.
Apalagi, dia menambahkan, Fornas ini dilandasi semangat kekeluargaan dan gotong royong. "Solidaritas dan semangat untuk hidup sehat, bugar dan gembira lebih mewarnai dibanding rasa kompetisi pada setiap peserta," tandasnya.
Menurut Ketua Bidang Promosi dan Media FORMI Nasional Ervik Ari Susanto mengatakan, pada sisi itulah terasa perbedaan antara olahraga rekreasi dengan olahraga prestasi.
"Dalam olah raga prestasi sisi kompetisi lebih menonjol, sementara dalam olahraga rekreasi masyarakat seperti yang akan digelar dalam FORNAS 3, sisi solidaritas, kekeluargaan dan gotong royong mungkin lebih mengemuka," kata Ervik seraya menambahkan.
Sementara itu, mantan Menpora Adhyaksa Dault mengatakan, Fornas Bali merupakan momen penting dalam pemberdayaan olahraga nasional, khususnya upaya untuk memasyarakatkan dan menjadikan olah raga sebagai gaya hidup. Pentingnya arti Fornas itulah, menurut Adhyaksa, yang menyebabkan semua pihak, terutama para pemangku kepentingan dunia olahraga nasional, perlu bekerja sama dan bersinergi.
"Sinergi dengan pemangku kepentingan lain menjadikan pekerjaan besar dan berat itu tak hanya lebih ringan, melainkan makin mungkin untuk dicapai," demikian Adhyaksa.
[zul]
BERITA TERKAIT: