Mengapa hal ini terjadi?
Kepada
Kantor Berita Politik RMOL (Selasa, 4/8), Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Yogyakarta, Agus Taufiqurrahman, menjelaskan bahwa warga Muhammadiyah memiliki sikap tenggang rasa yang sangat tinggi. Dengan tengga rasa itu maka warga Muhammadiyah selalu mengutamakan musyawarah daalm setiak kali muktamar.
Musyawarah, jelasnya, bukan untuk mencari yang menang atau kalah. Musyawarah adalah mekanisme untuk mencari kemaslahatan bersama. Dalam musyawarah pun tidak ada yang merasa dirinya paling benar.
"Ketika merasa diri paling benar, maka kebanaran orang lain jadi tertutup. Padahal tidak ada yang
ma'shum selain Nabi Muhammad," ungkapnya.
Jadilah, sambungnya, Muktamar Muhammadiyah selalu melengkapi gagasan satu sama lain dan tidak pernah ada keributan.
[ysa]
BERITA TERKAIT: