Peristiwa ini seakan mengulang pertarungan antar "istri-istri" Sutrisno dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Kediri, 5 tahun lalu. Saat itu, yang bertarung adalah istri pertama Haryanti dengan istri keduanya, Nur Laila.
Saat itu, sang "Raja" ternyata lebih condong mendukung istri tuanya maju mengalahkan lawan-lawannya termasuk "madunya". Bahkan sebagai bentuk dukungannya selama kampanye dan pencoblosan selalu didampingi suaminya. Seluruh alat peraga dan kampanye selalu menampilkan wajah sang Arjuna itu. Sedangkan bini mudanya dibiarkan sendirian.
Walhasil, Hariyanti yang didukung PDIP, Golkar, PPP, dan Hanura berhasil menggantikan suaminya dengan kemenangan 54, 58 persen atau 391.079 suara dan menjadi Bupati Kediri. Sementara, istri mudanya yang didukung PAN, Gerindra, serta tujuh parpol nonparlemen harus puas diurutan ketiga dengan perolehan 8,37 persen suara atau 60.005 suara.
Kendati kalah dengan istri tua, Nurlaila mengaku legowo. Alasannya, suaminya telah mengirimkan SMS beberapa kali setelah pencoblosan untuk menerima apapun hasil keputusan KPU.
Kini, kembali didukung PDIP, sang istri tua kembali maju dan ingin menggenapkan singgasananya lima tahun lagi. Apakah keberuntungan tetap berpihak kepada sang "tua". Kita lihat bulan Desember 2015.
Apa alasan PDIP tetap mengusung Hariyanti maju sebagai calon Bupati Kediri? Sekjen PDIP Hasto Kristyanto menyatakan, ini dilakukan karena baiknya rekam jejak istri tertua Bupati Kediri itu. "Kami nilai dari rekam jejak, kapasitas pemimpin dan gagasan dalam menjalankan agenda kerakyatan," ujar Hasto di Hotel Bidakara, Jakarta, kemarin.
Hasto membantah, hal ini dilakukan Banteng untuk melenggangkan politik dinasti. Sebab, MK dalam putusannya telah membatalkan pembatasan hubungan kekeluargaan dalam Pilkada. "Kepala daerah langsung adalah kehendak rakyat. Ketika rakyat sudah tentukan hak untuk dipilih dan memilih, tidak bisa dibatasi hubungan kekeluargaan," kata dia.
Untuk itu, kata dia, UUD 1945 telah menegaskan adanya perlakukan yang sama terhadap warga negara dalam Pemilu. Kendati demikian, lanjut dia, partainya mempunyai sekolah khusus yang bertujuan untuk menggodok calon-calon PDIP yang akan diusung dalam Pilkada. "Mereka yang siapkan diri dan dicalonkan partai harus ikut sekolah partai," kata dia.
Sedang Ketua DPW Partai NasDem Jawa Timur, Effendy Choirie menyatakan pihaknya belum mendukung secara resmi calon manapun. Yang pasti, pihaknya tidak akan mendukung incumbent.
Alasannya, kata dia, incumbent saat ini tidak mempunyai kepemimpinan yang baik, kolusi dan tidak akuntabel selama menjabat lima tahun di Kabupaten Kediri. Karena itu bisa jadi Nasdem akan mendukung Sayekti.
Eks politisi PKB ini malah meminta pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Kediri diundur. Alasannya, calon yang ada hanya menjadi boneka atau ontel-ontel. "Ini (Bupati Incumbent) sudah tidak ada lawannya, jadi percuma saja digelar Pilkada. Jadi lebih baik ditunda daripada merugikan masyarakat," kata dia.
Seperti diketahui, ada tiga srikandi yang akan bersaing di Pilkada Kabupaten Kediri. Yang pertama adalah bupati incumbent yang merupakan istri pertama bekas Bupati Kediri Sutrisno, Hariyanti yang diusung PDIP, kedua adalah istri ketiga bekas Bupati Kediri, Sayekti yang diusung Partai Nasdem. Sementara, Aisya Ulfa Syafii yang didukung masyarakat. Selain itu, ada artis Hengki Kurniawan yang didorong oleh PAN. ***
BERITA TERKAIT: