"KAA berperan besar memperjuangkan kemerdekaan," kata politisi senior PDI Perjuangan yang saat dilangsungkan KAA juga menjadi bagian dari pelaku sejarah, Sabam Sirait, saat dihubungi Rabu malam (27/5).
Saat KAA dilaksanakan, Sabam, yang saat itu berusia 20-an tahun, merupakan salah seorang tokoh aktivis mahasiswa. Seingat Sabam, ide KAA sendiri didahului oleh ide untuk melaksanakan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika. Ketika itu sejumlah mahasiswa dari China, India, Sri Langka, dan Indonesia berinisiatif membuat pertemuan para mahasiswa untuk mendukung kemerdekaan bangsa-bangsa.
"Namun, muncul juga ide serupa dari para senior agar dilaksanakan pertemuan antar-pemimpin negara. Akhirnya supaya jangan bertabrakan dengan pikiran senior-senior yang menyelenggarakan KAA, jadi KAA yang didahulukan. Dan konferensi mahasiswa Asia Afrika dilakukan selanjutnya pada 1956," kata Sabam, yang terlibat dalam inisiatif Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.
Karena itulah, sebagai pelaku sejarah, Sabam mendukung niatan pemerintah yang ingin mengajukan dokumen Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 dan Gerakan Non Blok (GNB) 1961 sebagai bagian dari dokumen yang diakui dunia. Diketahui, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) berniat mengajukan dokumen kedua kegiatan itu untuk diakui UNESCO sebagai "Memory of The World."
Menurut Sabam, hal lain yang tak kalah penting dengan mengenang KAA dan GNB adalah menjelaskan detailnya. Ia pun mengusulkan agar dokumentasi mengenai pelaksanakan kedua kegiatan yang mengguncang dunia saat itu diterbitkan ulang agar dibaca oleh generasi masa kini.
"Saya kira menerbitkan itu penting karena orang saat ini sudah banyak yang tak tahu apa isinya, apa keputusannya, dan apakah sudah dilaksanakan. Jadi idenya tetap hidup. Dan kalau ada penulis yang mau menulis lebih lengkap tentang masalah ini, saya bersedia menjadi salah satu narasumber," ungkap Sabam.
Sebelumnya, Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri menyatakan dirinya mendukung langkah ANRI untuk memperjuangkan arsip KAA dan GNB sebagai memori dunia yang diakui Unesco menjadi 'Memory of The World". Dukungan Megawati itu disampaikannya dalam pidato kebudayaan yang dilaksanakan dalam acara di Gedung ANRI, Jakarta, Selasa lalu (26/5).
[ysa]
BERITA TERKAIT: