Kepada
Kantor Berita Politik RMOL, beberapa saat lalu (Jumat, 1/5), Dradjad menjelaskan mengapa ia memilih diksi "amatiran."
"Saya sebelumnya meminta maaf dan berusaha memilih istilah yang santun. Tapi susah," ungkap Dradjad, yang merupakan Chairman DW & Partners.
"Setelah saya perhalus, koreksi ulang, akhirnya terpaksa saya pakai istilah amatiran.
hehe. Apalagi investor keuangan sudah memvonis tim Istana dan tim ekonomi kabinet ini tidak kompeten," sambung Dradjad.
Dradjad kembali menjelaskan bahwa memang tim ekonomi yang ada di Istana maupun duduk dalam Kabinet Kerja masih kurang berpengalaman. Mungkin saja di antara mereka ada yang doktor, lulusan kampus luar negeri dan universitas hebat serta menguasi teori.
"Tapi ini Indonesia Bung. Anda harus tahu jalanan. Anda harus mengerti apa yang terjadi di jalanan, lubang-lubangnya, jalan tikusnya, Anda harus tahu," ujar Dradjad, menyampaikan lagi.
Dradjad menegaskan lagi, ia tidak dalam posisi apakah tim ekonomi itu harus diganti atau tidak. Hal yang pasti, di tangan mereka lah negara yang besar ini sedang dipertaruhkan
Dradjad memberi contoh, penerimaan negara anjlok dari yang biasanya 20-25 persen menjadi 13 persen. Kondisi ini membuat Indonesia mudah digoyang pasar, dan sudah seperti tahun 1998, dengan omzet penjualan yang turun.
"Banyak perusahaan yang pinjam dalam bentuk valas. Banyak yang pinjam valas, tetapi pendapatannya rupiah. Kemudian, dari sisi penghasilan turun 20 persen. Kita menghadapi krisis untuk perusahaan-perusahaan, ini akan memengaruhi karyawan dan gaji karyawan, dan rentetannya panjang," demikian Dradjad.
[ysa]
BERITA TERKAIT: