KEBANGKITAN NASIONAL

Enam Tokoh Nasional Akan Hadiri Seminar Pringsewu sebagai Indonesia Mini

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Selasa, 28 April 2015, 11:49 WIB
Enam Tokoh Nasional Akan Hadiri Seminar Pringsewu sebagai Indonesia Mini
ilustrasi/net
rmol news logo . Pada jaman penjajahan, Pringsewu Lampung menjadi fokus Belanda untuk bidang lumbung pangan, palawija dan perkebunan. Karena itu, pada tahun 1925, terjadi bedol desa dari daerah Jawa ke Pringsewu yang dulu bernama Margakaya. Di kemudian hari, Pringsewu menjadi kota pelajar di wilayah Lampung Selatan.

Kini, untuk mewujudkan Pringsewu sebagai Indonesia Mini dengan berbagai keistimewaannya, akan digelar seminar dengan tema "Xaverius Pringsewu Turut Membangun Indonesia." Seminar nasional ini diselenggarakan oleh kelompok Xaverians (Ikatan Alumni Sekolah Xaverius Pringsewu, Lampung) dan didukung oleh Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), dan akan diadakan di Aula SMA Xaverius Pringsewu, Lampung, pada 11 Mei 2015 mendatang.  

Menurut Ketua Panitia, Harry H Limaran, dan Ketua Pelaksana Geakan Ekayastra Unmada, AM Putut Prabantoro, akan hadir dalam seminar ini enam tokoh nasional sebagai pembicara. Keenam tokoh nasional itu adalah GKR Hemas (Wakil Ketua DPD RI dan Ratu Keraton Kasultanan Yogyakarta), Laksdya TNI (P) Y. Didik Heru Purnomo (Mantan Kasum TNI), Franciscus Welirang (Pengusaha), KH Maman Imanulhaq (Anggota DPR-RI dari Fraksi PKB), Sugiri Syarief (Alumnus dan mantan Kepala BKKBN) dan Mgr. Y. Harun Yuwono Pr (Uskup Keuskupan Tanjung Karang).

"Seminar ini akan dipandu oleh Tri Agung Kristanto (Redaktur Nusantara Harian Kompas)," kata Harry H Limaran dan AM Putut Prabantoro dalam pernyataan bersama kepada media (Selasa, 28/4).

Menurut Utut, dengan merujuk pada sejarah, seminar ini ingin dijadikan sebagai tonggak kebangkitan Pringsewu sebagai Indonesia Mini dan sekaligus mengembalikan kejayaan Pringsewu sebagai lumbung pangan, kota pelajar dan sekaligus kota budaya yang sangat menjunjung tinggi pluralisme.  
 
"Sulit untuk memungkiri bahwa sejak dulu Pringsewu itu adalah jantung dari Propinsi Lampung dan sekaligus urat nadi dari Pulau Sumatera, karena letaknya yang sangat istimewa sebagai daerah penghubung.  Sehingga kami berkeyakinan, Propinsi Lampung secara keseluruhan akan berkembang sangat pesat jika Kabupaten Pringsewu juga berkembang," ujar Putut Prabantoro, yang juga mengenyam pendidikan di SD Xaverius.
 
Selain itu, Putut menegaskan bahwa, Xaverians yang akan bekerja sama dengan para alumni dari sekolah lain mempunyai kewajiban mengembalikan kejayaan Pringsewu termasuk sebagai kota pelajar. Xaverius adalah sekolah tertua di Pringsewu yang diawali dengan pendirian St. Beda School (Sekolah St. Beda) pada tahun 1932. Xaverius kemudian menjadi sekolah tujuan bagi anak yang berasal dari berbagai daerah dan suku di wilayah Sumatera bagian Selatan.

Bersama-sama dengan sekolah lain di Pringsewu dan para alumninya, demikian Putut Prabantoro kembali menegaskan, perwujudan Pringsewu sebagai Indonesia Mini semakin cepat. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA