Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mereka (Tak Pernah) Kembali

*) Nyanyian Kehidupan Buruh Migran

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/adhie-m-massardi-5'>ADHIE M. MASSARDI</a>
OLEH: ADHIE M. MASSARDI
  • Minggu, 26 April 2015, 15:18 WIB
Mereka (Tak Pernah) Kembali
bagimu ruyati, zaenab, karni
dan para pahlawan devisa
yang dibiarkan terus tersiksa


bulan menabrak matahari
pagi jadi sunyi
siang kian gersang
malam pun mencekam
 
dari bibir-bibir yang getir
dari kampung-kampung terkepung
aku mendengar gumam yang suram
 
: mereka sudah dieksekusi...!”
 
ruyati binti satubi, siti zaenab
dan ratusan perempuan yang dipinggirkan
yang hidup dalam penantian
adalah nama-nama tak bermakna
di antara hiruk pikuk pembagian kekuasaan
dalam jamuan makan malam yang hangat
para pejabat dan pembesar negara sahabat
 
hanya anak-anak jalanan yang bertanya
: siapa mereka?”
 
ruyati binti satubi, siti zaenab
dan ratusan perempuan yang dipinggirkan
adalah ibumu!
ibu mereka!
ibu kita!
 
menjadi buruh migran adalah pilihan
di antara beban hidup dan harapan kehidupan
 
menjadi buruh migran adalah pilihan
untuk menyelamatkan martabat para pejabat
karena tak pernah bisa membuka lapangan pekerjaan
yang sepanjang musim kampanye mereka janjikan
 
bulan menabrak matahari
langit terbelah
bumi basah darah
 
: mereka sudah dieksekusi...!”
pemerintah terus berkeluh kesah
 
o, Tuhan Segala Zaman
pemilik semua kesempatan
kami hanyalah debu
ruyati binti satubi, siti zaenab
dan ratusan perempuan yang dipinggirkan
yang hidup dalam penantian
hanyalah debu
dari negeri yang telah Engkau karuniai berkah
dengan sumber daya alam yang melimpah
 
tapi kami ingin punya arti dan harga diri
ruyati binti satubi, siti zaenab
dan ratusan perempuan yang dipinggirkan
ingin punya arti dan harga diri
 
o, Tuhan Segala Mataangin
kami tahu Engkau pemilik segala perlindungan
sedang pemerintahan hanyalah orang-orang suruhan
maka kepadaMu, hanya kepadaMu
kami mohon perlindungan
 
maka kepadaMu, hanya kepadaMu
kami mohonkan juga perlindungan
bagi ratusan perempuan yang dipinggirkan
yang memilih kehidupan sebagai buruh migran
yang sedang dalam penantian ketidakadilan
 
o, Tuhan Yang Maha Pendengar
kami tahu Engkau pemilik semua tempat
sedang pemerintahan hanya bisa patgulipat
dalam politik tipu muslihat
 
maka kepadaMu, hanya kepadaMu
kami mohonkan tempat
yang paling indah di dekatMu
bagi ibu mereka
ibu kita
ibu kami
yang wafat demi menjaga harkat dan martabat
dirinya
keluarganya
dan bangsanya.
 
Amin! Amin! Amin!
Amin Ya Robb al-Alamin...!
 
 
Bekasi, 25 April 2015

Catatan:
Sajak ini pertama kali dibacakan pada aksi Perempuan Indonesia Menggugat di kawasan Bunderan HI, Jakarta, Ahad, 26 April 2015.
 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA