Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mario Melengkapi Tragedi Penerbangan yang Mencoreng Nama Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Kamis, 09 April 2015, 17:26 WIB
Mario Melengkapi Tragedi Penerbangan yang Mencoreng Nama Indonesia
Mario Steven Ambarita
rmol news logo Sejak Indonesia dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, sejumlah tragedi penerbangan telah mencoreng nama baik Indonesia.

Mulai dari jatuhnya Air Asia, terlambatnya pesawat Lion Air yang menyebabikan amuk penumpang dan aksi penyusupan Mario Steven Ambarita (21) ke ruang roda pesawat di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

Wakil Ketua Komisi V DPR RI Yudi Widiana Adia prihatin dengan kondisi tersebut.

"Di Hari Penerbangan Nasional hari ini, kita justru prihatin terhadap penerbangan kita. Karena belum genap 6 bulan pemerintahan Jokowi sudah menghadapi beberapa peristiwa yang mencoreng nama baik penerbangan kita," kata Yudi di sela-sela menerima konstituen dari daerah pemilihannya di ruang rapat Fraksi PKS, Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (9/4).

Menteri Perhubungan (Menhub), kata Yudi, harus bertanggungjawab terhadap dunia penerbangan nasional dengan melakukan langkah-langkah dan tindakan yang efektif. "Ini merupakan pertaruhan pada Menteri Perhubungan," ujar Yudi.

Lebih lanjut politisi PKS yang terpilih dari Kota dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, ini juga mengatakan, beberapa langkah Menhub mengatasi permasalahan di dunia penerbangan nasional, belum membuahkan hasil menggembirakan.

"Baik itu rotasi pejabat, kemudian kebijakan-kebijakan yang sifatnya mengguncang dunia penerbangan ternyata tidak menghasilkan kemajuan dalam hal keamanan dan keselamatan dunia penerbangan," papar Yudi.

Oleh karenanya, masih kata Yudi, perlu dilakukan audit baik di Kementerian Perhubungan maupun industri penerbangan pada umumnya.

"Karena seperti kita ketahui, di akhir 2015 ini kita akan menerapkan kebijakan Open Sky Policy, dimana persaingan bisnis penerbangan tidak saja ada di Indonesia, tapi di Asia Tenggara, kemudian Asia secara umum dan dunia," tandas Yudi.

"Dan kalau kita tidak mampu melakukan pembenahan, maka kita hanya jadi konsumen saja, dan masyarakat Indonesia hanya menjadi penumpang saja di dunia penerbangan ini," pungkasnya. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA