PEMPROV sepertinya sudah mulai tak sabar soal penerapan aturan larangan mengetem dan denda Rp 500 ribu. Aturan terseÂbut dinilai tidak efektif. Selama ini, meski sudah kerap kali diberi peringatan, masih banyak angkot yang ngetem sembarangan.
Seperti yang terlihat di perÂsimpangan lampu merah Slipi Jakarta Barat, beberapa angkot sering sekali ngetem, hingga menyebabkan kemacetan di kaÂwasan padat kendaraan tersebut. Mulai dari Mikrolet M 09, 09A, M 11, Koantas Bima 102 dan lainnya berjejer di pinggir jalan berebut calon penumpang.
Tak ayal, kondisi tersebut pun sering membuat pengguna jalan lainnya kesal. Mending cuma satu yang nunggu, ini berjejer. Kendaraan lain yang ingin lewat hanya dikasih seperempat jalan. Itu pun mesti bergantian jalanÂnya, gara-gara hampir sebagian jalan dipakai angkot ngetem,†keluh Haris, salah satu pengeÂmudi roda empat yang lewat di kawasan itu.
Meski pengendara lain sudah membunyikan klakson, sang sopir seolah tak peduli dan suÂdah kebal dengan bunyi klakson tersebut. Bahkan bergeming dan tetap saja ngetem di pinggir jalan. Hal tersebut terjadi baik dari arah menuju Tanah Abang setelah lampu merah Slipi, atau pun di arah sebaliknya menuju Palmerah maupun Grogol.
Tanggung ini, belum banyak penumpangnya, nanti buat setor kurang,†ucap Ahmad salah satu sopir mikrolet M 09. Dia yang dulu pernah menjadi sopir Kopaja ini mengaku khawatir juga, kalau tiba-tiba ada petugas yang menertibkannya. Namun selama ini, dia mengaku tak perÂnah ditegur, apalagi ditertibkan petugas.
Setahu saya jarang, bahkan nggak pernah ada petugas yang ngawas,†tuturnya enteng.
Terkait ancaman pemprov yang langsung mengandangkan angkot jika kedapatan ngetem, Ahmad mengatakan, seharusnya Pemprov melakukan sosialÂisasi dan pembinaan terhadap para sopir angkot. Dia pun meÂnyatakan tak terima jika nanti tiba-tiba angkotnya langsung dikandangkan.
Kita memang sudah tahu ada aturan larangan ngetem, tapi kan itu harus ada surat peringatan dong, jangan langsung dikanÂdangin gitu. Kita kan juga cari nafkah. Kalau mau begitu, ya cari solusi juga gimana tetap aturan jalan tapi penghasilan kita juga nggak mati,†pinta bapak dua anak ini.
Alasan setoran, memang masih menjadi alasan klasik, mengapa para sopir ngetem dan kerap ugal-ugalan. Namun, keinginan Pemprov yang ingin mengganti sistem setoran terseÂbut dengan rupiah per kilometer pun urung juga dilakukan. AkiÂbatnya, mengapa perilaku sopir ngetem pun seolah tak pernah bisa dituntaskan.
Pemandangan di lampu merah Slipi ini, juga terjadi Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Tanah (TN) Abang. Kebanyakan angÂkot Mikrolet parkir hingga dua lapis di depan pintu keluar dan masuk stasiun kota. KesemrawuÂtan itu juga tak jauh berbeda di depan pintu keluar stasiun Tanah Abang.
Salah satu sebab kemacetan di kawasan itu, karena banyaknya penumpukan kendaraan umum yang ngetem di pintu keluar Stasiun TN Abang. PenumpuÂkan kendaraan umum jurusan TN Abang Kota dengan nomor trayek 08 ini hampir setiap waktu terjadi . Meski demikian, belum ada petugas yang menertibkan.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Benjamin Bukit mengatakan, pihaknya akan meÂningkatkan penertiban terhadap angkutan umum yang ngetem dalam tiga bulan ke depan. AnÂgkutan umum yang kedapatan ngetem sembarangan akan langÂsung dikandangkan tanpa melalui surat peringatan.
Kita langsung kandangin. Karena kan memang dia melangÂgar aturan dengan mengetem sembarangan. Apalagi kalau tidak ada driver-nya, kita langÂsung kandangin saja. Ini perlu dilakukan. Karena kalau diberi peringatan dulu, tidak akan memÂberikan efek jera. Kita sekarang hanya men-simplifikasi saja. KaÂlau nanti benturannya ke payung hukum terus, nggak jalan-jalan kita,†tegas Benjamin.
Aparat Justru Biarkan Angkot Ngetem di Slipi
Saat ini, Dinas PerhubunÂgan (Dishub) DKI Jakarta melakukan pemetaan lokasi dimana saja yang kerap jadi loÂkasi ngetem para sopir angkot. Wakil Kepala Dinas PerhubunÂgan DKI Jakarta Pargaulan BuÂtar Butar mengatakan, pihaknya saat ini sedang memetakan, titik yang akan lebih dulu dijaÂdikan contoh penindakan tegas penertiban angkutan umum.
Yang sudah saya tinjau TerÂminal Kalideres, Jakarta Barat. Disana banyak angkutan yang berhenti di luar terminal. Kami sudah sosialisasikan. Kalau memang tidak mau tertib juga, kami tidak segan-segan menÂgandangkannya,†ucap bekas Kepala Unit Pengelola (UP) Transjakarta ini.
Menurut Pargaulan, aturan ini sebenarnya sudah diterapÂkan sejak lama. Sayangnya tidak semua angkutan umum mematuhinya. Ditambah lagi, penindakan dari aturan itu belum optimal karena adanya oknum petugas yang bermain mata dengan supir angkutan di lapangan.
Mulai tahun ini kita akan tegakkan aturan itu. BerdasarÂkan fakta di lapangan, pemicu maraknya angkutan umum ngetem sembarangan selama ini disebabkan perilaku tidak tertib masyarakat menggunakÂan angkutan. Kita bisa lihat di jalan, penumpang banyak yang tidak mau naik angkutan umum di halte-halte. Itu juga jadi peÂmicu mengapa supir angkutan umum ngetem,†tuturnya.
Senada dengan Pargaulan, Kepala Dishub DKI Jakarta Benjamin Bukit menegaskan, pihaknya telah menyusun kaÂwasan prioritas penertiban angkutan umum yang ngetem di sembarang tempat. Kawasan itu meliputi Pasar Tanah Abang, Pasar Roxy, Apartemen KaliÂbata City, Stasiun Jakarta Kota, Pasar Jatinegara, Marunda dan Kelapa Gading.
Di Jakarta Pusat di TaÂnah Abang dan Roxy, Jakarta Timur kawasan Jatinegara dan sekitarnya. Kemudian Jakarta Barat di Kota Tua sampai Beos, Jakarta Selatan di Kalibata City, Jakarta Utara masih di sepÂutaran Kelapa Gading dan di kawasan Marunda,†rinci Benjamin.
Tak hanya itu, bahkan instanÂsinya juga akan menerjunkan regu khusus yang akan menyÂisir jalan-jalan di Jakarta untuk menertibkan angkutan umum yang ngetem sembarangan dan parkir liar di luar kawasan prioritas.
Jadi selain stay di kawasan prioritas, ada juga yang akan mobile. Kita ada nanti regu yang stay dan yang mobile. Nanti di setiap kotamadya ada buser-nya,†ucap Benjamin.
Sementara pantauan
Rakyat Merdeka di perempatan Slipi, Jakarta Barat, banyak angÂkot M-09 maupun M-11 yang ngetem sembarangan. Meski diklakson berulang kali, merÂeka tetap tak berjalan. Ironisnya aparat di seberang jalan justru hanya melihat saja kemacetan di kawasan tersebut. ***