"Itu dilakukan untuk memperlambat proses pembusukan, karena kondisi jenazah rata-rata sudah membengkak dan mulai menghitam," ujar Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Mabes Polri Brigjen Arthur Tampi di Posko DVI Biddokkes Polda Kalteng, RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, Kamis (1/1).
Pemberian kabur barus tersebut dilakukan agar beberapa informasi penting mengenai identitas korban bisa terselamatkan. Perlakuan terhadap jenazah tersebut juga untuk mempermudah dan mempercepat tim DVI di Surabaya.
"Kita tidak mungkin menyuntikkan formalin ke jasad tersebut karena akan menyulitkan proses pengambilan sampel DNA oleh tim DVI di Surabaya," ujar dia seperti dilansir dari JPNN.
Sidik jari, terutama di jempol tangan juga dilakukan pembalseman (diawetkan), selanjutnya dibungkus plastik. Selain itu, petugas juga melakukan upaya pencegahan agar lidah tidak mendorong gigi keluar untuk mempermudah proses pembuatan odontografi.
Proses identifikasi secara visual, kata Arthur Tampi, sulit untuk dilakukan karena kondisi jenazah sulit dikenali. "Ini hari kelima, kondisinya sudah bengkak dan proses pembusukan mulai terjadi," katanya.
Setelah pemberikan kapur barus untuk memperlambat proses pembusukan, petugas melakukan wrapping (dibungkus plastik) agar cairan jenazah tidak rembes saat diterbangkan ke Surabaya. (Baca:
Total 8 Jenazah Sudah Diterbangkan ke Surabaya).
Arthur Tampi tidak menjelaskan secara gamblang kondisi korban yang diberi tanda nomor 5 dan 6 di peti jenazah yang dikirim ke Surabaya tadi malam. Pihaknya hanya menyebutkan salah satu jenazah tersebut mengenakan kaos biru dongker dan celana jeans.
"Kita di sini hanya melakukan pembersihan dan pengemasan, selanjutnya untuk ciri-ciri baik berupa pakaian atau pun aksesoris yang digunakan korban kita catat dan itu bagian dari labeling untuk mempermudah proses identifikasi nanti," terangnya.
[rus/jpnn]
BERITA TERKAIT: