Kalangan Industri Pariwisata Benar-benar Bingung dengan Menteri Arief

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Jumat, 19 Desember 2014, 08:42 WIB
Kalangan Industri Pariwisata Benar-benar Bingung dengan Menteri Arief
Arief Yahya/net
rmol news logo Kalangan industri pariwisata mulai meragukan kemampuan Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk mampu membawa perubahan ke arah lebih baik pariwisata Indonesia, khususnya pencapaian target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada 2019.

Keraguan muncul karena sejak ditunjuk sebagai menteri, Arief Yahya terkesan jalan sendiri, padahal pariwisata ini sepenuhnya digerakkan oleh industri yang ada di lapangan. Tidak terlihat juga gebrakan sebagaimana dilakukan oleh para menteri lainnya.

"Kami terus mengamati, dan sejauh ini performanya masih belum memuaskan. Jika menteri-menteri lain langsung melakukan gebrakan, menteri pariwisata sepertinya malah sibuk mengurusi acara seremonial. Padahal kita tahu segera memasuki musim liburan akhir tahun, dia dari awal sudah kehilangan momentum," kata Ketua Umum DPP Indonesia Congress and Convention Association (Incca) Iqbal Alan Abdullah di
Jakarta, Jumat (19/12).

Iqbal menduga, tidak adanya gagasan atau terobosan baru yang muncul dari Arief Yahya, karena belum memahami dengan baik berbagai persoalan pariwisata. Keliru jika diposisikan pariwisata seperti Telkom.

"ICT (information and communication technology) itu ok, tapi ITC tidak bisa membawa wisatawan ke Indonesia. Harusnya sudah keluar rencana apa saja untuk mencapai target. Apa yang harus dia lakukan untuk mencapai kunjungan 20 juta itu sama sekali tidak jelas," sambung dia.

Iqbal lantas menyinggung soal kegiatan yang membahas mengenai pemasaran pariwisata beberapa waktu lalu, yang sama sekali tidak menunjukkan adanya konsep atau gagasan dari Arief Yahya sendiri mengenai mau dibawa kemana pariwisata ini dan bagaimana cara meraih 20 juta wisman tahun 2019.

Menurutnya, bukan hanya dirinya, tapi berbagai kalangan industri lainnya juga banyak menghubunginya untuk mempertanyakan kinerja sang menteri. "Kalau begini terus, kita akan mundur, bukan malah maju, kata Iqbal menirukan beberapa ungkapan kalangan industri pariwisata.

Iqbal, yang adalah Vice President  The Asian Federation of Exhibition and Convention Associations (AFECA) ini juga mempersoalkan sikap menteri pariwisata yang terkesan berjalan sendiri tanpa mau melibatkan pihak industri. Padahal, pariwisata digerakkan
sepenuhnya oleh industri yang ada di lapangan.

"Industri dan pemerintah ini harus bersinergi, tapi menteri pariwisata sepertinya hanya berjalan sendiri. Kita sendiri siap berdialog tapi sepertinya Arief Yahya tetap berjalan sendiri, tanpa melibatkan industri," sambung dia dalam ketengannya.

Dikatakan, beberapa pekan setelah dipilihnya mantan Dirut Telkom itu menjadi menteri pariwisata, kalangan industri pariwisata seperti GIPI, Asita, Inaca, Incca, dan berbagai lembaga masyarakat lainnya menggelar pertemuan untuk memberikan masukan kepada menteri yang baru. Diantara pemikiran yang disampaikan adalah mengenai perubahan kebijakan mengenai bebas visa, perizinan usaha, persiapan untuk Visit Indonesia Year, persoalan kepemimpinan di BPPI, gagasan mengenai rapat koordinasi pariwisata, dan lainnya. Apesnya, hingga kini pemikiran-pemikiran itu tidak jelas nasibnya meski sudah disampaikan kepada menteri pariwisata.

"Kita benar-benar bingung, menteri ini mau berbuat apa untuk memajukan pariwisata kita, padahal disaat yang sama ada begitu banyak pekerjaan seperti kesulitan baru yang dihadapi para hotel. Sekali lagi ini beda dengan Telkom dimana client atau konsumen yang datang. Wisatawan itu beda, dia tidak akan datang sendiri kalau kita sendiri tidak melakukan sesuatu untuk menarik mereka datang ke kita," tandas Iqbal. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA