Buku yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama (GPU) disusun berdasarkan wawancara, catatan kecil dan diskusi dengan nara sumber eksklusif dan sekaligus pelaku sejarah, R. Priyono, sang mantan Kepala BP Migas.
“Catatan-catan itu kemudian diramu menjadi beberapa thema, yang antara lain berjudul
Misteri Detik-detik Pembubaran BP Migas, Migas Milik Siapa?, From Madura With Love, Oh… Indonesia, Kemakmuran Semata Wayang, Migas Nasionalis dan
Kedaulatan Migas,†ujar Direktur Utama GPU Wandi S. Brata dalam keterangan yang diterima redaksi, Jumat (17/10).
Wandi S. Brata mengatakan, ada tiga hal pokok yang ingin disampaikan penulis buku itu. Pertama, pembubaran BP Migas pada 13 November 2012 adalah
master of mistery. Karut marut dunia migas sejak pembubaran hingga yang nampak sekarang ini di depan mata seakan-akan mengkonfirmasi adagium plesetan
fun for all, all for fun.
Kedua, buku ini berbicara tentang bagaimana migas Indonesia harus menjadi alat strategis pemersatu bangsa dan sekaligus sebagai alat strategis untuk mencapai kemakmuran. Terakhir, R. Priyono sangat meyakini bahwa migas akan memberi kemakmuran bagi bangsa Indonesia dengan beberapa catatan.
Dalam kata pengantar, Rahmad Pribadi, pengusaha perminyakan lulusan Harvard University, mengatakan, dampak pembubaran BP Migas oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dapat diibaratkan seperti saat Pandora membuka kotak yang menerbangkan begitu banyak malapetaka, penderitaan dan penyakit. Karena itu, Rahmad Pribadi lebih senang menyebut pembubaran BP Migas itu sebagai “Drum Pandoraâ€.
AM Putut Prabantoro sang penulis buku juga dikenal sebagai konsultan komunikasi politik. Ia juga seorang penulis opini dan pembicara tentang gerakan nasionalisme dan pluralisme.
[dem]
BERITA TERKAIT: