Demikian disampaikan Pengamat Politik Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara, dalam keterangan pers yang diterima redaksi (Rabu, 24/9).
"Jangan lupa, sekitar 30 persen pendapatan negara berasal dari industri migas yang notabene berada di bawah komando dari Menteri ESDM. Belum lagi kepentingan dari negara-negara kaya, seperti Jepang, Cina, Amerika Serikat terhadap kekayaan sumber daya energi di Indonesia," papar dia.
Jokowi sendiri sudah memastikan kabinet mendatang berisi 34 kementerian. Pucuk pimpinan kementerian terdiri dari 18 profesional nonpartai dan 16 profesional partai politik. Jokowi juga menegaskan bahwa sejumlah kementerian strategis bakal dipimpin profesional nonpartai, salah satunya adalah Kementerian ESDM.
Jokowi juga telah menyampaikan beberapa karakteristik dan indikator lain bagi seorang kandidat menteri ESDM, yaitu bukan wajah lama, berusia muda, punya integritas tinggi, bersih dari KKN, dan berlatar belakang pengusaha. Beredar kabar tiga calon kuat yang sangat layak, yaitu M. Kurtubi, Karen Agustiawan, dan Poltak Sitanggang.
Terkait ketiga nama itu Igor memandang calon terkuat bakal menteri ESDM adalah Poltak Sitanggang. Sebab, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) itu yang dipersepsikan paling sedikit kekurangannya, dibandingkan Kurtubi dan Karen Agustiawan, apalagi dukungan luas juga datang dari almamaternya dan para alumni UGM.
"Dia berusia muda, sosok petarung, berlatar belakang pengusaha (professional) cocok dengan sejumlah kriteria yang diinginkan oleh Jokowi," pungkasnya.
Nama Poltak Sitanggang menurut polling dari komunitas mahasiswa Singapura yang dimuat dalam situs beranilawanmafia.com, menempati peringkat teratas sebagai sosok paling tepat di posisi kementerian ESDM pada Kabinet Jokowi-JK nanti. Sosok Poltak dianggap yang paling berani memberantas mafia migas di Indonesia," imbuhnya.
Sebelumnya, nama Poltak Sitanggang juga menempati posisi teratas sebagai calon Menteri ESDM di situs yang dikelola oleh para relawan Jokowi-JK: kabinetrakyat.org. Prestasi Poltak Sitanggang di dunia pertambangan adalah mengambil alih 44.000 Ha lahan Kontrak Karya Asing milik Rio Tinto sejak 1967 dan mampu memenangkannya di pengadilan.
[dem]