Rencana itu diatur oleh sejumlah perusahaan penyedia layanan telekomunikasi yang menyebut bahwa kenaikan tagihan telepon tak bisa terelakkan lagi.
Pasalnya, pemasangan kabel broadband atau tiang telepon selular membutuhkan biaya yang lebih tinggi di Skotlandia karena jaraknya yang jauh. Selain itu, selama ini Skotlandia mendapatkan subsidi dari Inggris untuk penanganan hal tersebut, sehingga bila melepaskan diri, negara itu harus menanggung semua biaya itu sendiri.
Perusahaan telekomunikasi BT dan sejumlah penyedia layanan mobile lainnya seperti Vodafone, EE, O2, dan TalkTalk telah membicarakan soal rencana untuk mengeluarkan pernyataan bersama soal peringatan atas kemungkinan kenaikan harga sebagai dalah satu dampak yang akan dialami warga Skotlandia bila melepaskan diri dari Britania Raya.
Daily Mail (Jumat, 12/9) mengabarkan, pernyataan bersama itu diperkirakan akan dirilis awal pekan depan.
Bukan hanya tarif telepon, sejumlah perusahaan juga telah merencanakan untuk menaikkan tarif ponsen serta internet bila Skotlandia memilih untuk memerdekakan diri. Selain itu juga telah ada peringatan soal kemungkinan naiknya harga barang-barang serta kebutuhan pokok di Skotlandia pasca referendum.
Bank raksasa Swiss, UBS sebelumnya memperingatkan bahwa perekonomian Skotlandia dapat merosot setidaknya lima persen bila pemungutan suara digelar.
Pembicaraan soal rencana kenaikan tarif itu dipimpin oleh bos perusahaan BT Mike Rake.
Baik BT, Vodafone, O2, maupun TalkTalk masih menolak memberikan pernyataan lebih lanjur soal rencana itu. Namun juru bicara EE angkat bicara dan menyebut bahwa perubahan politik di Skotlandia dapat memperumit operasi yang dijalankan oleh perusahana penyedia layanan.
"Atas alasan ini, kami terus memperhatikan perkembangan soal referendum," tandasnya.
Diketahui, Skotlandia akan menggelar pemungutan suara atas referendum soal kemerdekaan Skotlandia dari Britania Raya pada 18 September mendatang.
[mel]