Pantauan terbarunya di jejaring sosial, ternyata jelang Pilpres 9 Juli mendatang, ajang kampanye mendorong tak sedikit orang mencabut perkawanannya dengan beberapa teman di media sosial.
Beberapa merasa terganggu dengan pandangan politik kawannya yang bertentangan. Sementara yang lain tak nyaman karena linimasanya dipenuhi hiruk-pikuk kampanye.
"Kami tidak memperoleh jumlah pasti
unfriend. Namun ada peningkatan perbincangan tentang
unfriend yang signifikan jelang pemilu ini," ujar Chief of Analytic and Engineering, Prapancha Research, Adi Ahdiat (Sabtu, 5/7).
Peningkatan perbincangan ini diasumsikan menunjukkan adanya peningkatan jumlah pencabutan perkawanan.
Lebih jauh dia membeberkan, dari pantauan antara 4 Juni-4 Juli 2014, PR menemukan perbincangan
unfriend, unfollow, block, dan
unshare seputar pemilu meningkat sampai sekitar 3.513 di Twitter dari yang sebelum pilpres tidak ada sama sekali. Salah satunya adalah dari akun @imasnuriah. "Wadooow kacau baca twit pada saling hina gegara pemilu. Wajib unfollow yang bahasanya kasar."
Tren yang juga berkembang adalah
unfollow atau
unfriend sementara. Setelah pemilu, akun-akun berkenaan menyampaikan akan berkawan lagi dengan akun yang mereka blokir. "Udah deket mau pemilu makin banyak aja yang kampanye hitam.
Unfollow dulu aja deh ya, nanti abis pemilu baru di-
follow lagi," ungkap akun @hadi_siders.
[zul]
BERITA TERKAIT: