Pasalnya, kunjungan Jokowi itu memperjelas bahwa pasar tradisional hanya dijadikan sarana mendulang suara dan pencitraan.
"Sampai saat ini, Jokowi belum pernah sedikit pun berbicara tentang konsep perlindungan pasar tradisional yang saat ini semakin terhimpit dengan hadirnya ritel modern dan pusat perbelanjaan seperti Mal Bintaro X-Change," tegas Sekretaris Jendral DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) se-Indonesia Tino Rahardian (Selasa, 1/7).
Menurutnya, cara Jokowi membanding bandingkan pasar tradisional dengan mal itu tidak proporsional. Karena mana mungkin pasar tradisional bersaing didorong secara berhadap-hadapan dengan Mal seperti yang disampaikan Jokowi tersebut.
Karena itu dia menilai, ungkapan pasar harus bersih, rapi dan tidak kumuh itu hanya jargon kampanye Jokowi. Sebab, yang sewajibnya bertanggung jawab atas itu semua adalah pihak pemerintah dan pengelola. Sementara pedagang sudah menjalankan kewajibannya dalam membayar retribusi, jangan lagi pedagang yang disalahkan.
"Jelas sudah bagi kami Ikatan Pedagang Pasar Indonesia bahwa selama ini kunjungan Jokowi ke pasar pasar hanya sekedar untuk kepentingan elektoral. Kunjungan dan pernyataan Jokowi di Mal Bintaro X-Change mengkonfirmasi bahwa tidak memiliki hasrat untuk melindungi pasar tradisional," tegasnya.
Sebelumnya dia mengakui bahwa Jokowi bisa membangun pasar, terutama saat menjadi Walikota Solo. Namun pasar yang dibangun itu minim keterlibatan pedagang. Sehingga pasar tersebut sepi dan kosong, seperti Pasar Pucang Sawit, Pasar Pangung Rejo, Solo.
"Pak Jokowi mungkin bisa bangun pasar, tapi gagal dalam melindungi dan mengelola pasar tradisional. Ini fakta yang bisa kita saksikan sendiri. Misalnya, Pasar Senen, Jakarta, ludes terbakar," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: