Penganugerahan ini kembali digelar MAARIF Institute akhir pekan lalu (7/6) di Studi
Metro TV, Jakarta, yang tahun ini bertepatan pada suasana hiruk-pikuk politik Pemilihan Presiden.
Hadir dalam kesempatan itu, di antaranya Jusuf Kalla, Menteri Perdagangan M. Luthfi, Jeffrie Geovanie, Rizal Sukma, Suyoto, Clara Joewono, Romo Magnis, Sarwono Kusumaatmaja.
Dalam keterangan persnya, Direktur Eksekutif MAARIF Institute Fajar Riza Ul Haq, menjelaskan, pesan penyelenggaraan award ini adalah sebagai konsistensi partisipasi kelompok-kelompok sipil di tingkat lokal, yang merupakan salah satu penyangga utama demokrasi yang substansial.
"Politik hari-hari ini digerakkan oleh mesin-mesin politik yang instan dan meminggirkan suara rakyat maka semangat MAARIF Award berakar pada prakarsa lokal, solidaritas, dan komitmen menjahit kebhinekaan atas dasar nilai-nilai kemanusiaan. Ini semacam interupsi terhadap kebisingan politik jelang pilpres," imbuh Fajar.
Dalam keputusannya, anggota dewan juri TGH. Hasanain Juaini menilai kedua penerima award tahun ini mencerminkan komitmen bahwa kebhinekaan adalah kunci modalitas sosial Indonesia sebagai bangsa yang majemuk.
Masril Koto memprakarsai pendirian LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis) di daerah Sumatera Barat. Jumlahnya mencapai lebih dari 500 lembaga. Salah satu kontribusinya adalah mentransformasikan peran bank petani itu dalam proses mediasi dan resolusi konflik.
Sementara Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda berperan dalam proses pembauran sejak 1987.
"Yang menarik, pendekatan subsidi silang pembiayaan sekolah dari orang mampu ke yang tidak mampu sangat efektif dalam mengikis kecemburuan sosial akibat kesenjangan ekonomi," ujar Hasanain.
[zul]
BERITA TERKAIT: