"Bila itu terjadi maka akan ada 3 pasangan yang bertarung yaitu Jokowi, Prabowo dan Wiranto-HT. Mengenai peluangnya saat ini sulit untuk diprediksi, karena waktu 1-2 bulan ke depan ini sangat menentukan," jelas Board of Advisors CSIS Jeffrie Geovanie petang ini (Sabtu, 26/4).
Jeffrie menyampaikan hal tersebut karena Wiranto-Hary Tanoe sebenarnya masuk tiga besar kandidat calon presiden bersama Joko Widodo dan Prabowo Subianto berdasarkan beberapa survei terakhir baik oleh SMRC maupun CSIS.
"Namun poros ketiga Wiranto-HT tergantikan oleh poros Aburizal karena perolehan suara Partai Hanura yang tidak signifikan, sekitar lima koma sekian persen," ulas Jeffrie.
Sementara itu, analis politik Fajar Riza Ul Haq menjelaskan, salah satu penyebab tingginya ketidakpastian terbentuknya gugus-gugus koalisi karena masih alotnya negosiasi mengenai pasangan calon RI 1 dan RI 2. Diluar poros PDIP dan Nasdem yang mengusung Jokowi, nasib pencalonan Prabowo dan Abu Rizal Bakrie masih terkatung-katung.
"Disinilah sangat terbuka peluang bagi munculnya poros baru dengan mengusung nama-nama di luar Prabowo dan ARB, termasuk poros yang akan dikreasi SBY nanti," jelasnya.
Di antara pelbagai kemungkinan politik itu, pasangan WIN-HT bisa membangun poros baru untuk memuluskan pencalonannya. Syarat wajibnya mereka harus berhasil meyakinkan dukungan dari partai-partai lain. Peluang pasangan WIN-HT menjadi kuda hitam masih terbuka ditengah kian mengerasnya pertarungan kutub politik Jokowi dan Prabowo.
"Soliditas pasangan calon dari Hanura ini adalah modal penting karena sudah dideklarasikan 1 tahun lalu dan sudah beriklan cukup panjang sehingga pengenalan masyarakat terhadap pasangan ini cukup besar. Ini terlihat dari hasil berbagai survei sebagaimana disebutkan JG (Jeffrie Geovanie)," tandasnya.
[zul]
Peta kekuatan para kandidat calon presiden Pilpres 2014 ini masih bisa berubah kalau pasangan Wiranto-Hary Tanoe mampu menggalang dukungan partai-partai lain untuk mengusung jagoan Partai Hanura tersebut. 
BERITA TERKAIT: