Sebagai Partai Islam Tertua, PPP Mestinya Jadi Panutan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Sabtu, 19 April 2014, 20:59 WIB
Sebagai Partai Islam Tertua, PPP Mestinya Jadi Panutan
fachry ali
rmol news logo Apa sebenarnya penyebab konflik dan perpecahan yang mendera Partai Persatuan Pembangunan masih dipertanyakan.

"Sebenarnya semua heran. Karena ini berlangsung cepat," jelas pengamat politik Fachry Ali (Sabtu, 19/4).

Sementara soal dukungan Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA) terhadap calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang disebut-sebut sebagai pemicunya, juga menurutnya masih misteri.

"Ini sebuah misteri. Pada tahun 2009 kontak di antara mereka cukup intensif. Tapi tidak jadi. Apakah ini kelanjutan?" ungkapnya mempertanyakan.

Pada Pilpres 2009 lalu, PPP memang hampir mendukung Prabowo. Namun tidak jadi karena partai itu mendukung duet SBY-Boediono.

Karena itu, dia mendukung gagasan Sekjen DPP PPP Romahurmuziy (Romi) agar digelar forum ishlah atau damai. Apalagi menurutnya, sebagai partai Islam tertua, PPP harus memberikan contoh yang konstruktif.

"PPP itu partai Islam tertua, bahkan yang lainnya itu anak-anaknya, bukan adik-adiknya.  Saya kira dengan logika seperti itu, mereka akan sadar untuk mempertontonkan konstruktif terhadap anak-anaknya, PBB, PAN, PKB dan seterusnya," tegasnya.

Apalagi, SDA bukan pendiri partai PPP seperti Gus Dur yang mendirikan PKB atau Susilo Bambang Yudhoyono yang melahirkan Partai Demokrat. SDA dipilih sebagai Ketua Umum melalui forum kongres karena dia dianggap yang terbaik di banding yang lain.

"SDA itu hanya primus inter pares, terpilih dalam kongres. Jadi dia harus mengikuti prosedur. Itu yang disampaikan Romi. Dan juga PPP ini partai santri harus melaksanakan nilai-nilai kepesantrenan, siap mengoreski diri. Ini menurut saya yang harus menjadi semangat dalam rapat mereka malam ini," tandasnya. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA