"Hasil
quick count saat ini malah menunjukkan PDIP hanya meraih 19% atau di bawah
presidential treshold. Artinya, Jokowi yang diharapkan punya tuah politik untuk dongkrak PDIP ternyata tidak penuhi hasil yang ditargetkan," jelas Direktur Eksekutif IndoStrategi, Andar Nubowo kepada
Rakyat Merdeka Online (Rabu, 9/4).
Menurutnya, raihan PDIP itu mengejutkan, bukan saja bagi PDIP, tetapi juga bagi masyarakat luas. Sebab, PDIP ternyata masih harus berkolisi dengan partai lain untuk bisa mengusung capres-cawapres pada Pilpres Juli mendatang.
"Oleh karena itu, meski menang Pileg, PDIP tampaknya tidak terlalu bergembira dengan hasil yang ada. Kita tampaknya bakal menyaksikan kejutan kejutan politik dari PDIP pasca pileg ini dan jelang Pilpres," jelasnya.
Sementara Partai Golkar mengalami penurunan signifikan, yakni hanya mendapat sekitar 14,30-15% suara. Hasil ini bisa memicu ledakan "api dalam sekam" friksi internal PG, terutama terkait pencapresan Aburizal Bakrie.
"Dengan hasil ini, suara yang inginkan pencapresan ARB dapat dievaluasi kembali semakin menguat. Artinya, ARB dianggap gagal memenangkan target 30% bagi PG pada Pileg ini. Penurunan PG tampaknya akibat karma lumpur Lapindo dan 'teddy bear Maladewa' yang terkuak publik kurang lebih sebulan sebelum hari pencoblosan," beber Andar.
Yang menarik, lanjutnya, perolehan suara partai Islam justeru stabil. Tidak seperti yang diprediksi survei-survei sebelumnya yang memprediksi partai-partai Islam hanya mendapat sekitar 2-3 % raihan suara.
"Hasil ini karena basis dukungan massa Islam tradisionalis (NU, Muhammadiyah dan kelompok tarbiyah serta ormas Islam) masih cukup solid. Partai Islam (PKS, PKB, PAN, dan PPP) menjadi partai tengah yang bakal diperebutkan oleh PDIP, PG, dan Gerindra untuk berkoalisi dalam Pilpres.
Menurutnya, dari hasil
quick count ini, partai Islam malah bisa mungkin membangun koalisi semacam poros tengah dengan suara 29 %. Hal ini bisa dimungkinkan jika partai-partai Islam tersebut dapat bersatu dan memunculkan tokoh capres-cawapres yang didukung dan disetujui bersama. Apalagi, jika partai nasionalis relijius seperti PG, PD, dan Hanura bergabung, koalisi ini bakal menjadi koalisi kuat dan potensial memenangkan Pilpres.
"Jika tidak tercipta koalisi poros tengah, PG Gerindra, atau PD bisa sama-sama bersaing dengan PDIP dalam mengajak salah satu atau dua partai Islam untuk berkoalisi," imbuh Dosen Fisip UIN Jakarta ini.
Secara umum, dia menambahkan, Pileg kali ini sebenarnya pukulan telak bagi PDIP dan Jokowi sendiri, serta Partai Golkar dan ARB. "Sebaliknya, Pileg kali ini dapat dianggap sebagai kemenangan partai-partai Islam yang sebelumnya dinilai tengah menuju 'kematian'," tandasnya.
Sebelumnya, hasil akhir quick count Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menetapkan PDI Perjuangan sebagai juara pemilu, yang kemudian disusul oleh Golkar. PDI Perjuangan memperoleh 19,77 persen, sementara Golkar 14,61 persen.
Di urutan ketiga ada Gerindra dengan perolehan suara 11,80 persen. Diikuti Demokrat 9,73 persen; PKB 9,07 persen; PAN 7,47 persen; PPP 7,08 persen; PKS, 6,61 persen; Nasdem, 6,24 persen; Hanura 5,26 persen; PBB 1,36 persen; dan PKPI 0,97 persen. [zul]
BERITA TERKAIT: