Sehingga ketika Jokowi kemarin menyatakan diri maju menjadi capres, pasar melihat potensi 'kepastian" politik di Indonesia. Karena ketika Jokowi maju merujuk pada hasil survei, potensi dia menang sangat besar.
"Karena yang paling dihindari oleh pasar adalah suasana ketidakpastian yang membuat pasar sulit membuat keputusan karena resiko ekonomi sulit diprediksi," jelas ekonom Dahnil Anzar Simanjuntak (Sabtu, 15/3).
Dahnil menyampaikan itu menjawab pertanyaan kenapa pasar bereaksi positif terkait pencapresan Jokowi.
Sebagaimana diketahui, PDIP mengumumkan mencalonkan Jokowi sekitar pukul 15.00 WIB kemarin. Tidak lama kemudian, aksi beli tidak terbendung di bursa saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang semula terpuruk langsung balik arah ke zona hijau. Pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG ditutup menguat 152,47 poin (3,23 %) ke level 4.878,64.
Indeks saham LQ45 naik 4,56 persen menjadi 830,66. Level 4.878.64 merupakan level tertinggi sepanjang 2014. Kenaikan IHSG ditopang dari pergerakan 175 saham ke zona hijau. Sementara itu, terpantau ada 123 saham bergerak di zona merah dan 75 saham diam di tempat.
Selain IHSG, kurs rupiah pun mengguat terhadap dolar AS. Rupiah yang pada siang hari diperdagangkan 11.440 per dolar AS menguat menjadi Rp 11.305.
"Nah, dengan Jokowi menjadi capres, pasar melihat arah politik Indonesia mudah ditebak dan pasar mengambil sikap positif dalam jangka pendek. Meskipun pasar akan tetap wait and see selama tahun politik ini karena potensi ketidakpastian selama tahun politik tetap tinggi," demikian Dahnil, dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: