Tetapi mendadak berubah menjadi ruang pengadilan bagi salah seorang tamu kehormatan malam itu: Jusuf Kalla.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar dan mantan Wakil Presiden itu harus duduk di kursi pesakitan, dihujani berbagai cerita yang sedikit banyak memperlihatkan watak asli dan karakter politiknya. Cerita-cerita ini menjadi semacam dakwaan bagi JK.
Tidak seperti pada ruang pengadilan yang sesungguhnya, yang agung, tenang dan bersahaja, ruang pengadilan dadakan di Hotel Grand Hyatt malam itu dipenuhi gelak tawa, tepuk tangan, dan sesekali teriakan dari undangan yang hadir setiap kali sebuah dakwaan usai dibacakan.
Bertindak sebagai jaksa dalam pengadilan dadakan ini adalah Usamah Hisyam. Dia inilah yang menulis biografi berjudul
Surya Paloh Sang Ideolog itu.
Usamah Hisyam dikenal sebagai seorang
biographer handal. Salah satu karya monumentalnya adalah
SBY Sang Demokrat yang ditulis menjelang pemilihan presiden tahun 2004 dan diyakini ikut mendongkrak popularitas SBY sehingga akhirnya mampu mengalahkan Megawati Soekarnoputri.
Belakangan Usamah Hisyam terpental dari lingkaran satu SBY. Kini ia banyak membantu Djoko Santoso dalam Gerakan Indonesia ASA.
Setelah Surya Paloh membagikan
Surya Paloh Sang Ideolog kepada sejumlah tamu, termasuk Usamah Hisyam dan Jusuf Kalla, Usamah Hisyam kembali naik ke atas panggung. Kali ini dari atas panggung ia membeberkan sejumlah kisah dalam karier politik Surya Paloh, termasuk di antaranya kisah-kisah mengenai hubungan bos Media Group itu dengan Jusuf Kalla.
Dari kisah-kisah itu ada kesan kuat tentang ambisi politik JK yang seringkali mengangkangi persahabatan. Kisah-kisah itu menggambarkan JK sebagai aktor politik yang siap mengobarkan loyalitas pada seorang sahabat. Seakan-akan JK hanya memiliki kesetiaan pada diri sendiri dan ambisi politiknya tadi.
Adapun pertemanan bagi JK seakan hanya urusan
ad hoc dan situasional yang berlaku ketika menguntungkan dirinya.
Usamah Hisyam yang mengenakan jaket kulit hitam dan kemeja putih menyampaikan kisahnya dengan nada suara anekdotal dan intonasi yang naik turun mengikuti drama dalam setiap cerita. Teriakan dan tawa pun memenuhi ruangan.
Sementara di deretan bangku paling depan, JK yang duduk di sebelah Surya Paloh tak dapat menutupi kaget mendengar semua yang dikatakan Usamah Hisyam. Surya Paloh pun demikian. Bahasa tubuhnya yang kikuk pun tak bisa disembunyikan.
Salah satu cerita Usamah Hisyam adalah tentang kesepakatan antara SBY, JK, dan Surya Paloh seusai Pilpres 2004. Dalam sebuah kesempatan, SBY memanggil Surya Paloh. Dalam pertemuan itu keduanya membahas tentang nilai strategis Partai Golkar yang dapat dijadikan pendukung pemerintahan baru.
Untuk itu, SBY mendorong Surya Paloh menjadi ketua umum Partai Golkar. Surya Paloh bersedia, dan meminta agar SBY menyampaikan hal yang sama ke Jusuf Kalla.
SBY tak mau membuang waktu. Saat itu juga ia menghubungi JK dan menyampaikan apa yang baru ia bicarakan dengan Surya Paloh. SBY juga meminta JK mendukung SP. Dalam pembicaraan via telepon genggam yang didengarkan Surya Paloh itu, JK mengatakan bersedia mendukung Surya Paloh.
Setelah pertemuan itu, SP dan JK pun bertemu untuk mematangkan rencana SP merebut Partai Golkar. Keduanya juga sempat mengatur peran di Golkar, dimana Surya Paloh akan menjadi ketua umum sementara JK duduk sebagai ketua Dewan Pembina.
Tetapi sejarah membuktikan bahwa yang terjadi adalah sebaliknya. Di tengah jalan JK memotong langkah Surya Paloh. Surya Paloh yang dikhianati diam saja, dan memilih mendukung JK dalam pemilihan ketua umum Golkar tahun 2005 itu.
Lima tahun setelah kejadian itu, Surya Paloh mendukung JK yang maju pada pemilihan presiden di tahun 2009. Dukungan itu bulat dan utuh. Jaringan media yang dimiliki SP menguntungkan JK. Selain memberikan dukungan media, Surya Paloh juga mengucurkan dana.
Menurut Usamah, sebetulnya Surya Paloh sudah tahu bahwa JK akan kalah di putaran pertama. Tetapi kesetiaan pada sahabat lah yang membuat Surya Paloh bertahan dan terus mendukung JK.
Peristiwa selanjutnya yang diceritakan Usamah Hisyam berasal dari arena pemilihan ketua umum Partai Golkar 2009 di Pakanbaru, Riau. Menurut Usamah Hisyam, dalam pemilihan ketua umum, JK tidak memberikan dukungan yang bulat dan utuh kepada Surya Paloh. Tidak seperti yang diharapkan Surya Paloh, JK membagi hati dan bermain empat kaki. Selain Surya Paloh, JK juga mendukung Tommy Soeharto, Agung Laksono dan Aburizal Bakrie.
Sikap JK ini merugikan Surya Paloh. Menurut Usamah Hisyam, seandainya JK mendukung Surya Paloh maka ketua umum Golkar hari ini bukanlah Aburizal Bakrie, tetapi Surya Paloh, karena ketika itu terbukti perbedaan jumlah dukungan yang dikantongi Ical dan SP hanya 40 suara.
Selain rasa kaget yang tak tertutupi itu, apalagi reaksi JK?
Usai peluncuran buku, walau tak banyak JK sempat mengomentari kisah yang disampaikan Usamah Hisyam yang sempat membuatnya salah tingkah.
Kata JK dirinya terus mendukung Surya Paloh dalam kehidupan sehari-hari.
Dia juga mengatakan, biografi Surya Paloh itu unik dan ditulis dengan jujur.
Khusus mengenai pemilihan ketua umum Partai Golkar 2010, JK berkilah dikatakan tidak mendukung SP.
"Karena saya ketua umum, saya tetap netral. Cuma banyak faktor lain. Sehingga, boleh tanya teman-teman di Golkar, sulitnya kalau mendukung calon tunggal. Ical (Aburizal Bakrie) dan Surya Paloh teman. Saya dukung Surya Paloh tidak bisa dibuka juga," demikian JK.
[guh]
BERITA TERKAIT: