KRISIS UKRAINA

Pemerintah dan Kelompok Oposisi Akhirnya Berdamai Setelah 70 Orang Tewas dalam Demonstrasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/shoffa-a-fajriyah-1'>SHOFFA A FAJRIYAH</a>
LAPORAN: SHOFFA A FAJRIYAH
  • Sabtu, 22 Februari 2014, 13:34 WIB
Pemerintah dan Kelompok Oposisi Akhirnya Berdamai Setelah 70 Orang Tewas dalam Demonstrasi
rmol news logo . Pemerintah Ukraina dan kelompok oposisi sepakat untuk mengakhiri krisis politik di negaranya dan mengakhiri pertempuran berdarah yang dimulai sejak November lalu.

Presiden Viktor Yanukovych, perwakilan pemimpin oposisi Vitali Klitschko, Oleg Tyagnibok dan Arseny Yatsenyuk, serta perwakilan dari Uni Eropa telah menandatangani kesepakatan setelah sempat menghadapi negosiasi sulit, pda Jumat malam (21/2).

Kedua belah pihak juga sepakat bahwa penyelidikan yang obyektif mengenai kematian pengunjuk rasa baru-baru ini akan dilakukan di bawah pengawasan oleh oposisi dan Dewan Eropa .

Dalam kesepakatan itu, oposisi juga meminta parlemen memecat Menteri Dalam Negeri Vitaly Zakharchenko yang sangat dibenci oleh pengunjuk rasa dan disebut sebagai ekstrimis.

Tidak hanya itu, dalam perjanjian tersebut pihak oposisi diwajibkan menyerahkan semua senjata ilegal dalam waktu 24 jam kepada pihak berwenang.

"Pada hari-hari yang tragis ketika Ukraina mengalami kerugian besar dimana banyak orang tewas, saya menganggap itu tugas saya untuk menyatakan bahwa tidak ada yang lebih penting daripada kehidupan
manusia. Tidak ada langkah-langkah lain seperti yang telah kita lakukan untuk bersama-sama memulihkan perdamaian di Ukraina," kata Yanukovich dalam pernyataannya yang dipublikasikan di situs resminya setelah penandatanganan, seperti dilansir dari CNN (Sabtu, 22/2).

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Polandia Radoslaw Sikorski, selaku penengah perundingan menyambut baik perjanjian perdamaian pemerintah dan oposisi Ukraina.

"Kompromi yang baik untuk rakyat Ukraina. Memberikan kesempatan perdamaian. Membuka jalan untuk reformasi ke Eropa," tulis Sikorski dalam akun Twitternya @sikorskiradek.

Krisis di Ukraina mulanya dipicu oleh keputusan mengejutkan Yanukovych pada bulan November untuk meninggalkan kesepakatan bersejarah dengan asosiasi perdagangan dan politik Uni Eropa, dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Rusia.

Tapi hal itu telah berkembang menjadi gerakan menentang pemerintah yang jauh lebih luas yang telah melanda dua bagian negara itu, yaitu pro-Barat di bagian barat dan bagian timur yang lebih cenderung ke Rusia. Hal itu juga membuka perbedaan sejarah yang mendalam antara keduanya.

Pecahnya konflik berdarah yang berlangsung selama kurang lebih tiga hari tersebut dilaporkan telah merenggut nyawa lebih dari 70 pengunjuk rasa pendukung oposisi dan 16 petugas keamanan Ukraina di pusat kota Kiev. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA