"Sudah sangat benar keputusan Jokowi untuk tidak hadir di forum Davos," ujar Bard of Advisors Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, (Kamis, 30/1).
Menurut Jeffrie, Jokowi memang jauh lebih penting tetap berada di Jakarta untuk mengatasi permasalahan banjir yang sedang melanda. Karena itu, menurutnya, Jokowi telah memberikan contoh yang benar tentang prioritas yang harus diambil oleh seorang pejabat.
Makanya, Jeffrie heran melihat sejumlah kalangan yang menyesalkan keputusan Jokowi itu. "Harusnya (pihak yang) menyayangkan mengapa Jokowi tidak hadir di forum Davos malu kepada rakyat. Sangat aneh menyalahkan Jokowi atas keputusan yang sangat tepat itu," ungkap Jeffrie.
Keputusan Jokowi tidak menghadiri WEF di Davos mengundang pertanyaan bahkan kritik. Meskipun sifatnya informal, Forum Davos sangat terkenal dan dihadiri para pemimpin dunia, baik bisnis maupun politik. Presiden Iran, Perdana Menteri Jepang, Presiden Korea Selatan, dan tokoh kunci Asean muncul di antara peserta. Belum lagi para CEO raksasa bisnis dunia.
â€Ini kesempatan baik sebenarnya bagi Pak Jokowi untuk menambah pengalaman internasionalnya. Grade-nya naik kalau dia datang ke Davos," jelas Duta Besar RI untuk Swiss, Djoko Susilo, seperti dikutip dari
Tempo.
Bekas anggota Komisi I DPR ini menuturkan, di dunia tengah terjadi pertanyaan besar mengenai ekonomi Indonesia ke depan setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Maka muncul pertanyaan pula terhadap kemampuan Jokowi, yang santer dikabarkan berpeluang besar menjadi presiden yang akan datang, dalam menangani urusan luar negeri, seperti forum G-20 dan APEC. “Walau citranya positif dan antikorupsi,†ucapnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: