Demikian disampaikan Praktisi Teknologi Informasi yang juga pengamat pendidikan, Muhammad Yusdi, setelah menelusuri berbagai berita terkait Jokowi.
"Pertama, blusukan yang semua media menayangkannya. Ini memang fenomenal karena di-
blow-up habis-habisan oleh media. Meski blusukan tidak ada hasil yang signifikan,†kata Muhammad Yusdi, kepada wartawan di Jakarta, kemarin, seperti dilansir
JPNN.
Kerja kedua yang juga di-
blow-up habis-habisan oleh media adalah pembenahan Pasar Tanah Abang dan Waduk Pluit. Menurutnya, pembenahan itu juga tidak istimewa. Karena memang harus dilakukan. Tapi karena tidak pernah ada yang melakukan dan juga berkat bantuan media, semua menjadi seolah luar biasa.
"Begitu juga dengan Waduk Pluit. Jokowi tidak menciptakan hanya membenahi," ungkapnya.
Karena itu menurutnya, kalau mau diukur sebenarnya gubernur sebelumnya jauh lebih berhasil. Pada masa Sutiyoso dan Fauzi Bowo, ada busway dan Banjir Kanal Timur yang memang berhasil mengatasi banjir di beberapa wilayah di Jakarta Timur.
"Tapi keberhasilan BKT di media sosial kalah oleh blusukan Jokowi. Padahal dampak pembangunan BKT itu wilayah Jakarta Timur berkurang banjirnya. Sementara Waduk Pluit hanya daerah rumah Ahok saja yang tidak banjir,†jelasnya.
Kerja ketiga Jokowi yang bisa dicatat, ujarnya lebih jauh, adalah menyalahkan pihak lain, baik orang, instansi lain, bahkan alam.
“Kalau kita membaca di media online dan melihat di televisi, kalau ada masalah, Jokowi selalu menyalahkan pihak lain baik orang, instansi, maupun alam. Untuk masalah banjir dan macet saja dia menyalahkan presiden, gubernur dan bupati serta walikota daerah lain. Terakhir dia juga menyalahkan alam. Semuanya kini ramai diperbincangkan,†tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: