"Kami mengecam keras apabila praktek penyadapan yang dilakukan oleh AS dan Australia terhadap tokoh-tokoh politik nasional benar-benar dilakuan," ujar Wakil Ketua Komisi I DPR, Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam pesan singkat kepada
Rakyat Merdeka Online (Kamis, 31/10).
Menurutnya, bila memang penyadapan itu betul dilakukan, Amerika Serikat dan Australia berarti bukan sahabat Indonesia.
"Kami merasa bahwa hubungan baik bilateral Indonesia-Australia dan Indonesia-AS harus didasari pada banyak aspek termasuk
mutual trust. Praktek penyadapan itu menunjukkan dengan jelas bahwa Australia dan AS bukan sahabat yang sesungguhnya bagi Indonesia," ungkapnya.
Ketua DPP Partai Golkar ini mengingatkan, kepentingan kedua negara di Indonesia tidak lebih besar daripada kepentingan Indonesia di AS dan Australia. "Namun demikian kita tetap mengedepankan etika didalam menjalankan hubungan antara dua negara bersahabat," tandasnya.
AS diberitakan menyadap dan memantau komunikasi elektronik di Asia Tenggara melalui fasilitas mata-mata yang tersebar di kantor perwakilannya di beberapa negara di kawasan itu, termasuk, di Jakarta. Demikian dilaporkan media Australia
Sydney Herald Morning mengutip data yang dibocorkan bekas kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) AS, Edward Snowden.
Dalam laporannya, Selasa (29/10), SMH menulis bahwa AS punya 90 fasilitas mata-mata yang bisa menyadap komunikasi elektronik di seluruh dunia, termasuk di kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta, yang terletak di Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
Selain di Jakarta, AS punya fasilitas serupa di Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh, dan Yangon. Hingga 13 Agustus 2010, tidak ditemukan fasilitas sejenis di negara-negara sekutu eratnya seperti Singapura, Selandia Baru, dan Jepang. Data yang berupa peta itu diungkap majalah Jerman, Der Spiegel, pada Selasa (29/10).
Menurut pemberitaan itu, lembaga yang bertanggung jawab atas aktivitas mata-mata itu adalah gabungan dua badan rahasia AS, Central Intelligence Agency (CIA) dan NSA, yang dikenal dengan nama "Special Collection Service".
Special Collection Service terkenal dalam operasi-operasi klandestin yang menyasar target-target intelijen khusus. Peta itu awalnya disajikan secara lengkap di website
Der Spiegel, tetapi belakangan diganti dengan versi yang sudah disensor. Peta itu dirilis dengan keterangan "FVEY" atau hanya boleh diakses lima mitra intelijen AS termasuk Australia.
[zul]
BERITA TERKAIT: