Ketua DPP PDI Perjuangan, Maruarar Sirait, yang menghadiri pentas yang digelar di halaman SMAN I Majalengka ini mengatakan bahwa pentas ini bukan semata bentuk artfisial seni pentas belaka. Namun ada makna filsofis di balik pentas ini. Dari perspektif kebudayaan, pentas ini merupakan artikulasi dari ajaran Trisaksti Bung Karno, yang salah satu diantaranya adalah berkpribadian secara budaya. Pentas ini mencerminkan kebanggaan akan budaya Majalengka, atau Jawa Barat secara lebih luas.
"Secara lebih nyata, ini menjadi bagian dari
nation and character building. Dan ini menjadi bagian dari pembangunan karakter, pembangunan nilai dan mental, di samping Majalengka juga telah sukses membangun fisik berupa pembangunan infrastuktur seperti jalan tol, poliklinik, dan bahkan Bandara Kertajati," kata Maruarar kepada
Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Senin, 28/10).
Selain dari perpesktif budaya, lanjut Maruarar, angklung raksasa yang dibuat oleh siswa ini juga menggambarkan ajaran Trisaksti Bung Karano yang lain, yaitu kemandirian ekonomi. Dalam horison yang luas, pentas ini menjadi simbol bahwa Majalengka harus menjadi salah satu kabupaten yang bukan hanya berperan di tingkat lokal Jawa Barat, melainkan juga harus memainkan peran penting di Indonesia.
Maruarar, yang anggota Komisi XI DPR dari dapil Subang, Majalengka, dan Sumedang ini pun mendorong agar kepemimpinan Bupati Majalengka, Soetrisno, di periode kedua ini terus membangun mental-spritual, selain membangun fisik. Dengan demikian, anak-anak muda Majalengka ke depan, selain profesional, cerdas, berwasan, juga berintegritas dan agamis.
"Dengan modal ini, maka pemuda-pemuda Majalengka akan menjadi pemuda-pemuda yang unggul, dan siapkan di tempatkan dimana saja untuk mengabdi bagi bangsa dan negara," demikian Ara, panggilan akrab Maruarar Sirait, yang selalu siap berjuang untuk pembangunan di Majalengka.
[ysa]
BERITA TERKAIT: