"Angka ini meningkat tajam jika dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane, dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Minggu (29/6).
Neta membeberkan sepanjang tahun 2012 ada 85 fasilitas Polri yang dibakar dan dirusak masyarakat, terdiri dari 56 kantor polisi, 18 mobil polisi, 10 motor polisi, dan satu rumah dinas polisi. Tahun 2011 hanya 65 fasilitas Polri yang dirusak terdiri dari 48 kantor polisi, 12 mobil polisi dan 5 rumah dinas, dan tahun 2010 hanya 20 kantor polisi yang dirusak massa. Tapi dalam waktu enam bulan di tahun 2013, ada 58 fasilitas Polri yang dirusak dan dibakar warga, terdiri dari 13 kantor polisi (5 pospol, 4 polsek dan 4 polres), 25 motor polisi, 8 mobil polisi, dan 2 rumah dinas polisi.
"Akibat konflik di sekitar kantor polisi itu 143 orang ditangkap, 23 warga luka, 5 warga tewas, 15 polisi luka, dan satu polisi tewas," tutur Neta.
Dikatakan Neta, aksi perusakan dan pembakaran fasilitas Polri merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera Utera hingga Papua. Wilayah yang terbanyak amuk massa terhadap fasilitas Polri masih "dipegang" Sumatera Utara dan Papua, sama seperti tahun 2012 lalu. Amuk massa ini dipicu akibat benturan dengan jajaran bawah Polri.
"IPW prihatin melihat makin buruknya hubungan masyarakat dengan Polri sejak lima tahun terakhir ini. Benturan ini menunjukkan Polri gagal meningkatkan kualitas jajaran bawahnya," imbuh dia.
Lebih lanjut Neta mengatakan jika Polri tidak segera membenahi kondisi ini, maka permusuhan polisi dengan rakyat akan semakin marak. Sebab sebagian besar aksi perusakan pada fasilitas Polri itu dikarenakan rasa jengkel rakyat terhadap sikap arogan, sikap represif, dan pemihakan polisi pada para pengusaha. Sikap nekat melawan polisi muncul karena warga merasa tidak punya harapan lagi untuk mendapatkan keadilan.
[dem]
BERITA TERKAIT: