Muslim Syi'ah Indonesia, bukan saja memiliki sejarah sangat panjang dan terkait dengan masuknya Islam ke bumi Nusantara, tetapi juga berbagai aspek tradisinya menjadi bagian dari mainstream Islam di negeri ini, sebagaimana sering dikemukakan oleh almarhum Gus Dur.
"Mirip dengan nasib buruk kaum Ahmadiyah, MS (Muslim Syi'ah) menjadi target kekerasan berdasar agama seiring dengan makin berkembangnya fundamentalisme dan transnasionalisme radikal Islam lain di negeri ini pada pasca Reformasi," ungkap akademisi dari President University AS Hikam (Rabu, 15/5).
Kelemahan Pemerintah (pusat dan daerah) dan aparat hukum dalam menyikapi kaum radikal itu semakin meningkatkan volume dan frekuensi kekerasan terhadap mereka. Ditambah lagi dengan solusi yang merendahkan harga diri dan hak-hak dasar kewarganegaraan, seperti pemindahan atau relokasi, yang paling sering dikemukakan pejabat di daerah karena takut menghadapi tekanan kaum radikal dan kepentingan politik jangka pendek mereka.
"Contohnya adalah Pemda-Pemda di wilayah Jatim yang semestinya menolak gagasan relokasi di Sampang itu. Sungguh sangat disayangkan," demikian Menristek era Pemerintahan Gus Dur ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: