Tapi, Presiden malah menggelar jumpa pers yang terkesan mendadak pada Rabu malam lalu di Istana Negara. Isinya bukan masalah-masalah kenegaraan atau kebijakan yang menyangkut publik secara lebih luas, tapi soal klarifikasi atas pemberitaan terkait Yenny Wahid dan Partai Demorkat.
"Barang kali dalam hari-hari ini banyak yang menimpa Presiden. Mulai dari Partai Demokrat, masalah UN, penentuan harga BBM. Boleh dibilang, dalam konsisi seperti ini dia mungkin agak kurang hati-hati memilih tempat menyampaikannya. Walaupun tentunya secara perundangan-undangan tidak ada larangan untuk itu," ujar pengamat komunikasi politik Effendy Ghazali kepada
Rakyat Merdeka Online pagi ini (Jumat, 19/4).
Menurutnya, isi pesan yang disampaikan SBY pada malam itu memang penting. Karena selama ini ada kesan, seakan-akan terjadi tawar-menawar posisi antara SBY dan Yenny Wahid. Apalagi memang, restrukturisasi di DPP Partai Demokrat belum selesai.
"Itu perlu dia klarifikasi. Cuman nggak perlulah malam itu. Bisa saja besok atau lusanya sambil bertemu dengan teman-teman wartawan di tempat lain. Kan sudah sering bertemu wartawan, ada tiga kali kalau saya tidak salah," jelasnya.
Makanya, dalam hemat pengajar di Universitas Indonesia ini, hanya waktu saat menyampaikannya saja SBY kurang pas. "Terlau tergesa-gesa. Mudah-mudahan setelah itu, yang begitu-begitu tidak ada. Supaya makin muluslah apa yang disebut
outgoing leader seperti disampaikan Jurubicara (Presiden)," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: