Tapi diharapkan, konvensi Partai Demokrat ini berbeda dengan konvensi yang diterapkan Partai Golkar pada masa kepemimpinan Akbar Tanjung. Saat itu Golkar hanya menjaring dari internal partai sendiri.
"Konvensi akan memiliki makna bagi rakyat Indonesia jika itu dikakukan secara terbuka dengan menjaring tokoh-tokoh yang populer dan memiliki tingkat keterpilihan dan komitmen kebangsaan yang tinggi untuk Indonesia yang lebih baik serta melibatkan berbagai ormas dan lintas partai baik dari kalangan muda maupun tua," ujar analis politik Fahman Habibi (Selasa, 9/4).
Jika Partai Demokrat hanya menjaring kader sendiri dan yang memilih juga hanya kalangan internal, konvensi itu hanya sekedar basa-basi untuk memperbaiki citra partai.
"Karena calon presiden yang akan diusung oleh Partai Demokrat bukan merupakan reprensentasi dari apa yang diinginkan oleh masyarakat. Tapi tetap mengikuti pola yang sudah dirancang oleh kelompok Cikeas. Karena yang akan terpilih pasti sesuai dengan apa yang diinginkan oleh SBY," ungkapnya.
Menurut pengamat dari Universitas Muhammadiyah Prof. DR HAMKA ini, elektabilitas Partai Demokrat akan naik kalau memang menggelar konvensi secara terbuka. Yaitu, siapa saja bisa mencalonkan diri dan yang memilih juga tidak terbatas pada anggota Demokrat.
"Konvensi ada baiknya dilakukan juga oleh partai lain yang belum meiliki figur kuat sehingga pertarungan untuk merebut kursi kepresidenan akan semakin ketat dan terbuka. Masyarakat juga memiliki banyak alternatif calon pemimpin yang berkualitas untuk memperbaiki kondisi yang ada demi mewujudkan nagara yang adil makmur, sejahtera dan bebas korupsi," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: