"Sudah banyak yang dilakukan para menteri ekonomi, termasuk yang terbaru menyiapkan Bulog mengantisipasi bila terjadi ekses terhadap kebijakan memperkuat ketahanan pangan dalam negeri dalam stok pangan," kata Firmanzah di Jakarta, Selasa (26/2).
Dia juga menunjuk kebijakan yang dikeluarkan Kementan dan Kemendag melarang impor hortikultura. Selain itu, lanjut bekas Dekan FE-UI tersebut, yang tak kalah pentingnya menyiapkan berbagai infrastruktur perhubungan dan logistik di berbagai daerah.
"Karena faktor transportasi dan logistik ini menjadi kendala mengangkut produksi yang dihasilkan dari kantong-kantong produksi rakyat," imbuhnya.
Secara umum, kata Firmanzah lagi, pertumbuhan ekonomi yang terjadi juga memberikan indeks positif terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat, dimana Produk Domestik Bruto (PDB) atau nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu meningkat dari sekitar Rp 7.440 triliun (2011) menjadi Rp 8.224 triliun (2012), inflasi terjaga dibawah 5 persen, pertumbuhan ekonomi 6,3 persen. Begitu juga dengan total realisasi investasi mencapai Rp 321 triliun dimana 47 persen merupakan produk manufaktur.
Karena itu, kata dia, pertumbuhan ekonomi memberikan pertumbuhan struktur produksi menggembirakan. Sebagai misal, berdasarkan data tahun 2011 ekonomi tumbuh 6,5 persen, sedangkan produk manufaktur tumbuh 6,7 persen. "Jadi, memang terjadi perubahan struktur produksi. Meskipun soal ini memang musti dilakukan hilirisasi agar sektor hulunya mengikuti," terangnya.
Dia juga menilai demokratisasi yang berjalan sejak tahun 1999 dengan berbagai dinamika yang terjadi, berhasil meningkatkan kepercayaan investor. Karena tiga kali Pemilihan Umum ditambah dengan ratusan pemilihan umum yang aman, memberikan daya tarik tersendiri bagi investor menginvestasikan dananya, selain India dan RRC.
Bahkan, kata Firmanzah mengkonfirmasi, kalangan UMKM Jepang dalam waktu dekat akan merelokasi bisnisnya ke Indonesia. "Beberapa sudah masuk, dan akan diikuti lagi oleh gelombang migrasi UMKM Jepang, karena struktur biaya di negaranya sudah terlalu mahal," terangnya.
Menurut dia, sekalipun dikategorikan UMKM, tapi dari skala produksi dan permodalan di Jepang jauh berbeda dengan di Indonesia. Karena, UMKM Jepang memiliki kategori permodalan Rp100 miliar ke atas. "Nah, masuknya mereka tentu kita sambut baik, karena bisa memperbesar skala produksinya di sini," terangnya.
Firmanzah juga mengungkapkan optimisme berkembangnya perekonomian di Indonesia, dimana terlihat dalam waktu dekat Kementerian Perhubungan akan membuka lagi 130 rute pesawat terbang baru dari berbagai penjuru di Indonesia.
"Ada banyak korelasi positif terkait juga dorongan pemerintah pusat melalui alokasi Dana Alokasi Umum dan khusus, serta program perekonomian kerakyatan dan regulasi yang mendorong perkembangan daerah," pungkasnya.
[fer]