"Gak tau saya dari siapa SMS itu. gak ada saya balas," ungkap Buya Syafi'i Ma'arif saat dihubungi
Rakyat Merdeka Online sesaat lalu (Minggu, 24/2).
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menjelaskan, karena tidak jelas dari mana sumbernya, ia pun tidak mau berkomentar soal pesan itu.
"Gak ada komentar, saya gak ada komentar," singkat Buya yang juga mantan panitia seleksi penerimaan calon pimpinan KPK.
Sebelumnya beredar pesan yang disampaikan kepada Buya itu. Dalam pesan itu disebutkan bahwa BW dan BM tidak mau menandatantgani sprindik untuk Anas. Masih sis pesan singkat itu, BW dan BM menilai belum cukup bukti untuk menatapkan anas sebagai tersangka. Namun pada Jumat sore (22/2), disebutkan bahwa BW dipanggil ke Merdeka Utara sekitar pukul 15.45 WIB.
Di Merdeka Utara, yang merukuk ke Istana, BW diberitahu, bila tak mau menandatangani sprindik Anas maka kasus Papua akan dibuka. tidak jelas apa yang dimaksud dengan kasus Papua itu. Namun yang jelas, Komisioner KPK diminta konsultasi dengan Achyar dari Fakultas Hukum UI dan Saldi Isra dari Fakultas Hukum Universitas Andalas. BM pun akhirnya menyerah.
[ysa]
BERITA TERKAIT: