Psikolog Politik: SBY Harus Bedakan Kepemimpinan yang Kuat dengan yang Otoriter

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Rabu, 16 Januari 2013, 12:47 WIB
Psikolog Politik: SBY Harus Bedakan Kepemimpinan yang Kuat dengan yang Otoriter
hamdi muluk/ist
rmol news logo Rakyat memimpikan pemimpin yang tegas, berani mengambil kebijakan yang membahayakan popularitasnya tapi membawa kebaikan untuk seluruh rakyat.

"Kita memerlukan tokoh kuat, tegas dan berani ambil keputusan. Itu hakikat pemimpin. Pemimpin bukan orang yang cari aman," tegas pakar psikologi politik, Hamdi Muluk, kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Rabu, 16/1).

Itu dikatakannya menanggapi kuliah umum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Indonesia Democracy Outlook yang digelar Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, kemarin. Menurut SBY, tokoh yang dipersepsikan publik sebagai strongman, potensial membahayakan kehidupan demokrasi yang sedang dibangun bangsa Indonesia.

Strongman
bisa menindas rakyat dengan dalih untuk kepentingan nasional. Karena itu, SBY lebih menganjurkan memperkuat sistem dan institusi demokrasi daripada memimpikan pemimpin yang kuat. Dengan sistem dan institusi yang kuat, maka demokrasi akan terjaga dengan baik.

Profesor Hamid Muluk mengatakan, pernyataan itu ada benarnya dan juga ada tidak benarnya. Dia garisbawahi, pemimpin yang kuat yang dibutuhkan dalam konteks Republik Indonesia kekinian adalah dia yang berani pertaruhkan segalanya untuk kepentingan publik, bukan tokoh yang cuma pikirkan popularitas.

"Jadi, untuk itu tidak mungkin tokoh lemah," tegasnya.

Karakter kepemimpinan yang kuat harus tegas dipisahkan dari sifat kepemimpinan otoriter. Dalam psikologi politik, terangnya, kepribadian yang otoriter bisa diakibatkan gangguan kejiwaan yang membuat seseorang itu tidak mau dikritik atau anti demokrasi.

"Sekarang, kecenderungannya, semua pemimpin yang otoriter pasti tidak laku, tergusur. Itu terbukti di banyak negara akhir-akhir ini,"  ucapnya.

Hamdi berharap SBY tidak salah kaprah dan melakukan penggiringan opini yang salah.

"Jangan disamakan kepemimpinan yang kuat dengan kepemimpinan yang otoriter. Kita perlu pemimpin tegas, kuat dan berani ambil risiko demi rakyat. Tapi tidak untuk yang otoriter," ucapnya. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA