Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta menghabiskan waktu puluhan tahun berjuang bersama kawan-kawan mereka untuk memerdekakan Indonesia dari belenggu penjajah. Mereka mempresentasikan pemikiran dan gagasan Indonesia merdeka bertahun-tahun di depan rakyat dan menghadapi segala resiko berhadapan dengan polisi kolonial. Mereka ditahan, dipenjara dan diasingkan serta dibuang ke berbagai daerah terpencil dengan segala derita dan kesengsaraan.
Demikian diuraikan Hatta Taliwang, aktivis prodemokrasi yang kini memimpin Institut Ekonomi Politik Soekarno Hatta (IEPSH) mengenang ketulusan para pejuang di masa lalu dan membandingkannya dengan praktik politik yang sedang terjadi khususnya menjelang 2014.
"Mereka menghayati betul bahwa berjuang itu menderita. Saya yakin, tidak terbetik pamrih dalam pikiran mereka untuk kelak mendapatkan imbalan dari perjuangan kecuali satu keinginan yakni memerdekakan negerinya," ujar Hatta lagi kepada Rakyat Merdeka Online.
Bahwa kemudian Bung Karno dan Bung Hatta dipercaya teman-teman sesama pejuang menjadi presiden dan wakil presiden, itu adalah proses yang mengalir begitu saja sebagai penghargaan atas kepemimpinan dan kepeloporan mereka dalam perjuangan. Bukan karena ambisi, bukan karena target, juga bukan karena mereka berebut jabatan.
"Kita perlu merenungkan hal ini karena ada gelagat kuat di masa kini dimana yang ingin jadi presiden dan wakil presiden opunya motif yang kurang tulus untuk membela rakyat yang mayoritas masih miskin bahkan masih tertindas," sambung mantan anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Hatta mempertanyakan apa yang dilakukan tokoh-tokoh yang sudah ngebet jadi penguasa itu untuk rakyat. Apa yang sudah dilakukan partai mereka. Hatta malah mencium gelagat, sebagian dari mereka pernah dan sedang berkhianat pada rakyat.
"Kok tiba-tiba ingin dapat tiket menjadi presiden dan wakil presiden melalui rekayasa pooling, melalui pencitraan dan berbagai manipulasi? Tanpa cucuran keringat airmata dan darah membela rakyat? Jadi, mari dari sekarang kita beramai ramai tolak capres dan cawapres abal-abal itu," demikian Hatta.
Nah, siapakah yang dimaksudnya sebagai capres dan cawapres abal-abal? Wallahualam. [guh]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: