Putra mantan Ketua PBNU, Matori Abdul Djalil itu mengaku sangat heran dengan pernyataan Dito. Menurut dia, pernyataan Dito yang juga politisi Golkar itu sangat tak berdasar. Berdasarkan hemat Fahmi, penilaian Nasionalisme seseorang tidak ditentukan oleh pernyataan pribadi, walaupun itu terlontar dari mulut seorang politisi atau anggota DPR seperti Dito.
"Biarkan umat (masyarakat) yang menilai, nasionalis mana saya sama pak Dito itu, jelas-jelas kami ini ngurusin 80 juta Nahdliyin dan 24 Ribu pesantren," tegas Fahmi di kantor PBNU, Jakarta, Sabtu (6/10).
Untuk diketahui, tudingan ini terkait langkah Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyelenggarakan tender penyaluran BBM bersubsidi. Dito menuding Fahmi tidak nasionalis dengan memasukkan Shell untuk ikut tender penyaluran itu.
Fahmi yang juga Ketua Ikatan Sarjana NU itu menegaskan dirinya akan tetap melaksanakan tender sesuai dengan ketentuan yang ada untuk menghindari monopoli pada penyaluran BBM khusus ini.
Lagipula, kata dia, BBM bersubsidi yang akan ditenderkan kurang dari 0,5 persen dari jumlah total kuota BBM bersubsidi yang akan disalurkan pada tahun 2013 nanti. Ia pun berkeyakinan dengan tender ini, BPH Migas bisa mendorong kualitas pelayanan SPBU kepada publik.
"Karena dibuka untuk yang lain, Pertamina juga akhirnya meningkatkan pelayanan. Buktinya program "Pasti Pas", muncul," jelasnya.
Tak hanya itu, kata dia menambahkan, dengan membuat langkah ini, akan dapat memperbanyak perusahaan nasional dan koperasi ikut berperan dalam distribusi BBM bersubsidi kedepannya.
"Tujuan utamanya adalah bagaimana umat dapat menikmati subsidi dengan merata. Tidak di monopoli Pertamina yang kurang bisa memeratakan cakupan wilayah distribusi dibeberapa daerah di luar pulau Jawa. Dunia ini sangat menderita, bukan oleh kekejaman orang jahat, melainkan karena diamnya orang-orang baik" tandasnya.
[ysa]
BERITA TERKAIT: