"Kami harap untuk semua masyarakat untuk tidak terpancing isu SARA dan jangan memperkeruh terhadap pemukulan yang terjadi," imbau Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, saat dihubungi
JakartaBagus.Com, Sabtu (11/8).
Rikwanto menekankan, aksi pemukulan sama sekali tidak terkait persoalan SARA ataupun masalah pemilihan gubernur DKI Jakarta. Menurut dia, insiden tersebut merupakan konflik antar warga biasa dan bukanlah terhadap relawan salah satu pasangan calon tertentu.
"Pemasalahan ini merupakan masalah murni pidana. Jika memang ada pihak yang memanfaatkan masalah dengan menghubungkan ke Pilkada hingga saat ini faktanya tidak sampai menjurus ke sana," tegas Rikwanto.
Yusuf (31), santri Pondok Pesantren Riyadul Mu'minin di Jalan Tubagus Angke RT 15/10 Nomor 21 Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pingsan dipukuli beberapa orang, pada Rabu (8/8) sore. Konflik diduga berawal dari insiden salah paham kedua belah pihak Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto menegaskan, kasus dugaan pemukulan kepada salah satu santri Pondok Pesantren Riyadul Mu'min, Jelambar, Jakarta Barat, berinisial MY, tidak terkait Pilkada DKI Jakarta. Kasus ini murni pidana.
Diketahui dari berbagai sumber, kasus itu merupakan aksi balas dendam setelah Yusuf menampar anak berusia lima tahun berinisial NS satu hari sebelumnya karena ribut bermain di halaman pesantren. Sehari usai penamparan, paman anak kecil itu mendatangi Yusuf dan memukulnya.
Namun insiden ini berkembang menjadi isu SARA pemilukada DKI Jakarta. Santri yang menjadi korban pemukulan diberitakan sebagai relawan tim kampaye pasangan calon gubernur Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Sementara pelaku pemukulan berasal dari relawan pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.
[ald]
BERITA TERKAIT: