PKB: Mimpi Swasembada Harus Ditunjang Pembangunan Infrastruktur Besar-besaran

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Selasa, 31 Juli 2012, 19:11 WIB
PKB:  Mimpi Swasembada Harus Ditunjang Pembangunan Infrastruktur Besar-besaran
ilustrasi/ist
rmol news logo Sangat memilukan jika kelangkaan tanaman pangan kedelai terjadi di negara yang mengklaim negeri agraris dan yang kenyataannya memang subur.

Ketua DPP PKB, Marwan Jafar, merasa prihatin dengan jeritan perajin tahu dan tempe yang sempat terdengar karena kelangkaan bahan dasar pangan kedelai. Bahkan, hingga kini, kalau ditemukan pun harganya sudah sangat tinggi sekitar Rp 7500-Rp 8000 setelah harga bea masuk kedelai impor dihapuskan.

"Di pasaran, kedelai lokal harganya merangkak terus hampir sama dengan impor. Harga sangat tinggi Rp 8000 per kilogram yang sebenarnya saat normal harga cuma Rp 5000 per kilogram. Yang harus dilakukan agar pemerintah segera turun tangan menurunkan harga kedelai," ucapnya dalam keterangan pers yang diterima beberapa saat lalu (Selasa, 31/7).

Impor saat ini telah menjadi strategi utama dan trend kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga. Pembebasan biaya masuk impor hanya jangka pendek yang sama sekali tidak akan dinikmati petani kedelai dan perajin tempe dan tahu. Paradigma tata niaga barang kebutuhan pokok di dalam negeri maupun impor harus ditata ulang.

Sebagai contoh, Kementerian Perdagangan menyatakan kebutuhan domestik terhadap kedelai cukup tinggi antara 2,5 juta-3 juta ton per tahun. Sedangkan pasokan yang dapat disediakan dalam negeri hanya mencapai 700-800 ribu ton. Dengan demikian lebih dari 75 persen kebutuhan kedelai nasional dipasok impor.

"Di masa akan datang sebagai upaya untuk menuju swasembada pangan 2014, harus ditunjang dengan pembangunan infrastruktur pertanian besar-besaran dan anggaran yang cukup," terangnya.

Saat ini anggaran untuk pengembangan tanaman pangan kedelai pada APBN 2012 mencapai Rp 144 miliar. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA