Pakar Geologi Migas ITB, Dr Ir Andang Bachtiar MSc, mengatakan, pembangunan fisik di daerah-daerah utama DKI: Monas-Istana-Segitiga Emas dan sekitarnya, hampir 70 persen dilakukan tanpa mempertimbangkan data di bawah permukaan (deep intermediate subsurface).
Adang mengatakan hal itu dalam presentasi tentang Migas di dalam tanah DKI dan potensi hazard (bahaya)-nya di hadapan Assisten Ekonomi Gubernur DKI dan Kepala-kepala Dinas terkait di Balai Kota DKI dua hari lalu.
Kesimpulannya, sebagaimana diinformasikan Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, harus segera dilakukan akuisisi data di bawah permukaan DKI, langkah utamanya persiapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan fisik Jakarta.
Subsurface sendiri dapat dilakukan melalui metoda geofisika: Mini-Sosi Vibration Seismik (vibroseis), Superstring Geoelectrical Survey dan juga GPR. Dengan itu, dapat didokumentasikan kondisi bawah permukaan dalam rangka hazard mitigation, perencanaan tata ruang bawah tanah, mikrozonasi gempa, dan perhitungan-perhitungan desain teknis rencana subway, 8-storey down underground hub dan lain-lainnya.
Hampir semua peserta yang hadir merasa penting akuisisi data itu harus dilakukan segera. Tahun 2013 Jakarta harus sudah punya gambaran dimana ada patahan, ada tinggian rendahan, bagaimana stratigrafi rinci kwarter-tersiernya. Dengan demikian semua perencanaan pembangunan dan tataruang (bawah permukaan dan juga permukaan) akan didasari pengetahuan yang benar tentang kondisi batas dan daya dukung geologinya.
"Ini menyangkut masa depan Jakarta. Jakarta harus benar-benar jadi contoh ibukota yang cerdas memanfaatkan data geologi untuk kemakmuran dan sekaligus keselamatan penduduknya," kata Andi.
[dem]
BERITA TERKAIT: