"Sekarang saatnya mereka saling hantam," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia, Bonie Hargens kepada
Rakyat Merdeka Online (Selasa, 24/7).
Menurutnya, kondisi sekarang ini adalah momentum terjadinya perubahan. Penegakan hukum sudah mulai berjalan normal. Perlahan-lahan berkurang jumlah mereka yang kebal terhadap hukum sampai akhirnya akan jelas bahwa di lingkaran presiden, parlemen dan di partai politik banyak penyamun.
"Marzuki Alie bahkan pernah mengeluh ke saya soal parahnya kondisi korupsi politik di tubuh parlemen. Kawan lain mengaku korupsi politik di lingkaran presiden begitu kompleks, artinya Istana tidak suci. Pengakuan Menteri Sekretaris Kabinet Dipo Alam punya data-data korupsi mereka tidak salah," imbuh Bonie.
Pola korupsi politik, menurtnya, memang selalu sama, yakni hasil konspirasi antara kader partai (politisi), struktural parlemen dan eksekutif, penegak hukum, pengusaha, dan klien non partai seperti yayasan dan lain-lainnya.
"Mereka bekerja melalui kebijakan formal sehingga jejak korupsi selalu samar," tandasnya.
[dem]
BERITA TERKAIT: