Demikian disampaikan Direktur Riset Ekonomi dan Keuangan Sabang-Merauke Circle, Perdana Wahyu Sentosa dalam diskusi "Arah Politik Nasionalisme Papua" yang digelar Sabang-Merauke Circle di Hotel Aston Rasuna, Kuningan, Jakarta, Rabu (27/6).
"Akar permasalah ini adalah, ada dua nasionalisme, ada nasionalisme Indonesia dan Papua. Belanda menyiapkan parpol, dan kristenisasi. Ini dilakukan agar Papua semakin berbeda dengan Indonesia bagian lain yang dominan melayu dan beragama islam," paparnya.
Kemudian, sambungnya, datang ide nasionalisme yang dilakukan Indonesia secara spontan, sporadis, tidak sistematis, namun berbasis bhineka tunggal ika.
Perdana juga menilai ada inkonsistensi dana otonomi khusus. Selain itu, dana super yang diberikan ke Papua sebanyak Rp 30 triliun juga dibarengi dengan ketidaksiapan dari masyarakat Papua. Ditambah lagi dengan maraknya korupsi.
"Meskipun sekarang pemda banyak orangg asli Papua, tapi pembangunan tetap gagal," tandasnya.
[arp]
BERITA TERKAIT: