"Yang melakukan pelanggaran pasti akan ditindak sesuai dengan peraturan berlaku. Mereka (TNI dan wartawan) sudah ketemu, sudah mengunjungi RS, sudah mengganti apa yang seharusnya diganti," terang Panglima kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (31/5).
Insiden yang memicu kemarahan wartawan se-Indonesia, seperti dijelaskannya, bermula ketika para anggota Marinir pulang dari kegiatan pembangunan desa melewati daerah Pantai Padang. Kala itu sedang ada penertiban warung yang diduga sebagai tempat mesum di Bukit Lampu, Kelurahan Sungai Baremas, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang.
"Mereka berhenti. Ternyata memang disitu ada keributan, akhirnya mereka kena jadi sasaran juga," ujarnya.
Dia benarkan, ada kerabat salah satu anggota Marinir yang kiosnya ikut ditertibkan. Namun sebetulnya tidak masalah karena menertibkan pun pasukan gabungan.
"Jadi saya kira memang penertibannya tidak ada masalah. Marinir kan manusia juga, manakala emosinya tidak terkendali, bisa saja terjadi (penganiayaan)," tambahnya
Dia membantah kabar bahwa aparat TNI membekingi warung-warung mesum itu. Keterlibatan anggotanya di insiden itu hanyalah kebetulan. Soal sanksi untuk para prajurit, dia meminta masyarakat serahkan pada ketentuan hukum.
"Jangan main pecat begitulah. Kalau proses hukumnya menyatakan harus dipecat ya dipecat, tapi kalau tidak ya jangan. Mari kita hormati proses hukum," tandasnya.
Seperti dikutip dari
Metro TV, salah satu media yang wartawannya menjadi korban penganiayaan, sebelas Marinir yang bertugas di Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) II Padang, Sumatra Barat, sudah ditahan Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) kemarin.
Komandan Lantamal II Padang Brigjen Gatot Subroto mengakui sangat menyesali perbuatan anak buahnya dan memohon maaf sedalam-dalamnya secara terbuka. Segala tindakan mereka akan diusut tuntas.
[ald]
BERITA TERKAIT: