Tokoh masyarakat Romo Benny Soesetyo menyayangkan hitung-hitungan para elit politik yang berseberangan dengan kejujuran. Elit politik di DPR menurutnya merendahkan masalah kemanusiaan ke ranah hitung-hitungan material.
"Ada persoalan mendasar, apakah dengan kenaikan harga BBM, apakah dengan dana subisidi itu bisa sejahterakan rakyat, apakaha memekarkan kemanusiaan dan keadilan," kata rohaniawan Katolik itu dalam acara Polemik Sindo Radio di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (31/3).
Romo mengatakan, elit politik kehilangan keadaban karena membiarkan mekanisme pasar dengan masyarakat tak berjalan seimbang, maka yang berjalan perselingkuhan penguasa dan kapital. Indonesia dikuasai para broker yang mengendalikan cara berpikir bangsa.
"Kebijakan itu apakah benar-benar membawa kesadaran pada kemanusiaan yang akan membawa pada kemandirian? Cara pikir pemerintah itu sinterklas," gugatnya.
Masih menurutnya, tidak ada kesadaran empati pemerintah. rakyat dituntut untuk mengencangkan ikat pinggang tetapi tindakan konkrit pemerintah untuk berhemat cuma retorika.
"Mau tidak mereka potong gaji 50 persen, tidak usah studi ke luar negeri. Membangun kedaulatan energi dan energi alternatif, itu cuma retorika," tegasnya.
"Kita kehilangan
trust karena penuh lingkaran kedustaan itu yang melahirkan kedustaan baru. Misalnya, partai yang menolak kenaikan BBM tiba-tiba memunculkan pasal siluman. Itu tanda kita tidak punya keadaban," tutupnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: