Humas Aksi Bersama Buruh Transportasi, Rosid, menyatakan, rencana aksi massa buruh akan dilakukan pada pekan depan (Selasa, 20 /3).
"Dalam aksi tanggal 20, isu hubungan kerja mitra yang menjadi momok bagi buruh transportasi akan kami usung sebagai isu sektoral. Kemungkinan kami akan datangi kantor Menteri Tenaga Kerja untuk membuat edaran ke jajaran di bawahnya bahwa hubungan kerja antara supir dan pengusaha harus mengacu pada hubungan industrial," ujar Rosid kala dihubungi beberapa saat lalu (Selasa, 13/3).
Selain membawa isu sektoral, buruh transportasi dan pelabuhan juga bakal mengusung isu penolakan kenaikan harga BBM sebagai harga mati.
"Dalam kenaikan BBM kami pasti akan menjadi korban pertama karena di tiap perusahaan sudah berpuluh tahun mereka hanya hitung biaya bahan bakarnya saja. Sementara kebutuhan hidup buruh tak pernah diperhatikan," ungkapnya.
Dampaknya yang paling menakutkan buruh transportasi adalah pengeluaran sehari-hari bertambah, gaji tetap rendah kemudian jumlah penumpang semakin sedikit karena tarif otomatis melonjak.
"Untuk tahun ini kami dari buruh transportasi bersama sepakat untuk supir angkutan tidak menaikkan tarif angkutan karena bukan solusi. Tapi kita bersama menolak kenaikan BBM dan listrik. Kenaikan tarif bukan solusi, cuma menyengsarakan penumpang dan akhirnya mereka lama-lama beralih ke motor," paparnya.
Pada aksi tanggal 20 Maret, setelah dari kantor Menteri Muhaimin Iskandar, buruh akan melanjutkan demonstrasi ke Istana Presiden untuk menolak kenaikan harga BBM.
"Kami sudah bersikeras untuk tidak mengindahkan imbauan pemerintah yang biasanya datang kalau kami mau mogok. Kalau mereka mengimbau kami tidak mogok, kami juga bisa ratusan kali mengimbau anggota kami untuk tidak ikuti imbauan pemerintah," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: