"SBY makin ketakutan dan kalap. Dia memerintahkan aparat keamanan untuk menumpas demonstran sebelum aksi dimulai. Padahal biasanya, aparat keamanan hanya mengamankan lokasi aksi. Ini jelas cara-cara fasis dan otoriter," ujar Indro Tjahjono, Tim Pengarah Gerakan Rakyat untuk Duduki Cikeas (Geruduc) kepada
Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Kamis, 16/2).
Kemarin (Rabu, 15/2), massa aksi Geruduc bermaksud menyampaikan aspirasi di depan kediaman pribadi SBY di Puri Cikeas, Bogor. Massa demonstran terdiri atas tiga kelompok akan mendatangi Cikeas dari tiga arah. Kelompok pertama dari Tugu Proklamasi, Cikini, Jakarta Pusat akan melintasi Jalan Tol Jagorawi. Kelompok kedua berangkat dari Unisma Bekasi dan akan melintasi Jalan Narogong menuju Cikeas. Sedangkan Kelompok ketiga berangkat dari Universitas Pakuan, Bogor, dan akan melintasi Jalan Gunung Putri-Cileungsi.
Indro mengatakan, tiga kelompok tersebut berencana berangkat bersamaan dari lokasi masing-masing pada pukul 10.00 WIB. Namun rencana itu tidak bisa direalisasikan karena aparat keamanan yang terdiri atas polisi dan tentara bertindak fasis. Bahkan di Tugu Proklamasi, polisi merampas poster, spanduk, dan bendera aksi.
"Sejak malam hari polisi sudah menyisir Universitas Pakuan, Bogor. Mereka bertanya dengan nada teror dan ancaman kepada setiap mahasiswa yang ditemui tentang rencana aksi keesokan harinya. Bahkan seorang mahasiswa yang mengendarai sepeda motor ditabrak dari samping oleh pengendara lain yang berboncengan. Akibatnya kaki mahasiswa itu patah dan motornya rusak. Ini cara-cara fasis," Indro geram.
Mantan aktivis 77/78 ini menjelaskan, kemarin aparat keamanan juga menyerbu Universitas Nasional. Hal ini mereka lakukan karena sebagian massa aksi yang dari Bogor sempat beristirahat di kampus Unas setelah mereka gagal mendatangi Cikeas karena dihadang aparat. Di kampus Unas aparat kembali melakukan teror dengan menginterogasi dan menakut-nakuti mahasiswa.
Di sekitar Gunung Putri, Polisi dan tentara juga merazia semua bus dan angkutan kota (Angkot). Mereka memeriksa setiap penumpang, kalau-kalau ada massa aksi yang akan menuju Cikeas. “Semua tindakan itu jelas-jelas cara fasis dan otoriter. SBY kalap dan ketakutan. Rezim SBY yang sudah diberi gelar oleh tokoh-tokoh lintas agama sebagai pembohong, memang harus segera diakhiri sekarang juga,†tukas Indro lagi.
[dem]
BERITA TERKAIT: