Ada 80 judul puisi yang diguratkan Kyai Dawam dengan tinta emasnya itu.
"Ini merupakan hasil penelaahan, mengendap dalam pikiran, setelah melihat situasi setelah pemilu 2009 lalu. Intinya, saya tidak betah melihat kemungkaran dan berbagai kecurangan yang ditutupi-tutupi," kata dia kepada
Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Senin, 13/2).
Dalam puisinya, Kyai Dawam menyoroti tentang kehidupan berbangsa dan bernegara, mulai dari Century, kemenangan Demokrat dan SBY, hingga sosok Sri Mulyani dan Ruhut Sitompul. Khusus untuk Ruhut, Kyai Dawam memberi judul Si Kuncir Bangsat.
Benang merah atau inti kritikan Kyai Dawam dalam ke 80 puisinya adalah bahwa kehancuran bangsa saat ini bermula dari kemanangan partai Demokrat dan SBY yang tidak halal, curang dan tidak berkah.
"Ada juga puisi tentang syair-syair hujan. Itu menunjukkan peristiwa yang terjadi selama dipimpin oleh pemenang curang. Salah satunya tentang Ruhut dan Sri Mulyani itu," jelas dia.
Sementara untuk kasus Century, Kyai Dawam menjelaskan, SBY sangat melindungi kebobrokan kasus yang menyeret Wakilnya, Boediono itu. "Melindungi juga sudah memenuhi unsur mencuri," urainya.
Kyai Dawam menegaskan, dirinya tak akan bergeser dari sikap penolakan terhadap rezim SBY-Boediono. Kalau SMS wajib memakzulkan SBY merupakan hasil istikharah, maka puisi-puisi ini berdasarkan hasil permenungan yang dilakukannya tiap malam selama dua tahun setelah pemilu kemenangan SBY curang digelar 2009 lalu.
"Untuk apa kita memilihat sesuatu yang tidak berkah. Kalau dibiarkan akan terus terjadi banyak masalah. Insyaallah saya tidak akan mencabut dari sikap yang lama (memakzulkan SBY). Saya akan terus mengkritisi pemerintah melalui cara yang saya bisa," jelasnya.
[dem]
BERITA TERKAIT: