Bagi Ketua Forum Lembaga Legislasi Mahasiswa Indonesia (FL2MI) yang juga putra Sumbawa, Dinul Haq, kebijakan Martiono ini tak lebih sebagai upaya untuk menghadang laju tuntutan kelompok
Cek Bocek Rensuri yang memiliki hak atas penguasaan tanah di dalam wilayah eksplorasi tambang Newmont di Dodo Rinti.
"Martiono telah membuat manajemen konflik baru dengan mendekati kelompok tertentu atau komunitas tertentu untuk menghadang laju dan aspirasi kelompok yang lain dan benar-benar berhak atas tanah ulayatnya," kata dia kepada
Rakyat Merdek Online, beberapa waktu lalu.
Manajemen konflik yang dibuat Martiono inilah, kata dia, tak lebih sebagai upaya lain yang menunjukkan ketidakberpihakan dirinya terhadap daerah penghasil. Sebelumnya, Martiono juga menginginkan divestasi 7 persen saham Newmont dibeli pemerintah pusat, bukan oleh daerah.
"Ini adalah bentuk manajemen konflik yang dibuat Martiono di daerah kami, NTB, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat.
Untuk itu, kata Dinul, sudah saatnya para pemilik saham mengganti Martiono dengan figur yang bisa berbaur dan tak mengesampingkan kepentingan daerah penghasil. Bukan hanya menjadi kaki tangan bos-bos perusahaan PT NNT yang ada di Denver, Amerika Serikat. Selain itu, Dinul juga mengatakan perlunya putra lokal untuk mengisi jabatan Presiden Direktur PT NNT sepeninggal Martiono nanti.
"Harus putra lokal yang
qualified yang dijadikan Presdir," imbuh dia.
[dem]